INI cerita norak. Kalau ga suka, lewat aja. Jadi ceritanya saya jalan-jalan ke kota orang. Ga lama. Cuma 3 hari. 2 hari sebelum berangkat si cinta, bilang, “Yah, hati-hati makan di sana. Banyak kali yang ga boleh kita makan?”
Saya menukas enteng, “Yoi, aku udah berdoa dari kemarin-kemarin kalo ada makanan yang nggak boleh masuk, semoga dikeluarin lagi hehehe…” (Apaan coba?).
BACA JUGA: Karena Miskin
Alkisah, usailah perjalanan di sana, sowan ke sebuah perusahaan besar. Turun dari pesawat, ke rumah pas magrib. Jam 8-nya saya ikutan maen futsal.
Satu jam penuh.
Esok shubuh, tiba-tiba saya bangun dengan kepala pusing 18 keliling (lebayyyy!). Setelah itu, asli ga bisa jalan dan ga bisa ngeliat alias semua pemandangan kabur atau jadi ada 2 atawa 3. Dashyat bangat pokonya.
Kemudian, yang jauh lebih dahsyat adalah perut saya melilit hebat sekali. Rasanya kira-kira kalau lagi liat cucian di mesin cuci satu pintu ala Mr Bean, yang berputar acak, atas bawah.
Saya muntah-muntah. Selama 2 jam ga berenti-renti. Berasa semua isi perut dikeluarin. 2 jam berikutnya saya tepar sangat, nggak bisa ditanya.
BACA JUGA: Namanya Utang ya Utang Juga
2 jam berikutnya sampai detik ini, alhamdulillah, sehat wal’afiat, segar bugar tak kurang suatu apa. Si pusing 18 keliling, si sakit perut melilit-lilit selama 2 jam, si isi perut tumpah, hilang begitu saja. Ga pake obat apapun, kecuali setelah itu saya jadi rajin minum jamu 2000 perak-an dari tukang jamu (ya iyalah, masa tukang sol sepatu?) yang suka ngider depan rumah. Ajaib. Saya ga tau kenapa.
Sampai saat ini, hal itu tetap jadi misteri yang tak terpecahkan bagi saya. []