Oleh: Hana Annisa Afriliani,S.S
Penulis Buku
FEBRUARI bulan cinta. Simbolnya coklat dan bunga. Tak ketinggalan, warna merah muda turut menghiasi. Dan pasangan muda-mudi saling ekspresikan cinta di bulan ini. Bukan sekadar lisan, tapi banyak juga yang rela menggadaikan keperawanan atas nama cinta. Sungguh miris!
Beginilah ketika cinta disalahartikan. Rasa yang semestinya indah dan suci, menjadi pembenaran untuk melakukan kemaksiatan. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita pandai menempatkan cinta di jalur yang sesuai syariat. Karena bagi seorang muslim, syariat adalah tolak ukur atas perbuatannya.
BACA JUGA: Surat Cinta kepada Anak Gadisku
Hakikatnya, dalam pandangan Islam tak boleh ada cinta sebelum akad terucap. Sebab cinta sebelum akad sejatinya hanyalah nafsu. Islam mengatur soal pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Mereka diperbolehkan berinteraksi sebatas hubungan muamalah dan ta’awun (tolong-menolong) saja. Islam melarang adanya ikatan rasa antara laki-laki dan perempuan di luar pernikahan, karena hal tersebut terkategori mendekati zina. Sedangkan mendekati zina adalah perbuatan yang diharamkan syariat.
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu jalan yang buruk.” (TQS.Al-Isra:32)
Tak dapat dipungkiri bahwa pacaran akan mengantarkan pada akrivitas perzinahan. Mulai dari hati, zina mata, zina pendengaran, sampai berujung pada zina yang hakiki, yakni hubungan layaknya suami istri. Ini fakta yang banyak terjadi. Cinta menjadi alasan untuk membenarkan perilaku tersebut. Padahal dosa zina adalah besar di sisi Allah.
Namun, di sistem yang mendewakan kebebasan seperti hari ini, cinta sebelum akad menjadi lumrah. Katanya itu fitrah. Betul bahwa rasa cinta merupakan anugerah dariNya. Fitrah alami atas setiap manusia. Namun keberadaannya tak boleh dipenuhi sesuai keinginan, harus mengikuti rambu-rambu syariat. Jika tidak, niscaya kita akan terjerumus pada penyimpangan hukum syara, pacaran.
BACA JUGA: Cucu Tercinta Rasulullah
Islam hanya membenarkan institusi pernikahan sebagai wadah halal untuk salurkan rasa cinta. Jika belum siap, maka berpuasalah. Tak perlu mengikuti nafsu. Karena hakikatnya cinta yang tak tersalurkan tak akan menimbulkan bahaya apa-apa bagi diri, kecuali kegalauan semata. Maka obatnya adalah dekat dengan Allah. Sibukkan diri dengan aktivitas kebaikan, menghadiri majelis ilmu misalnya. Maka dengan itulah, benak kita tak akan sibuk memikirkan cinta yang semestinya belum pantas kita rasakan.
Jika cinta sebelum pernikahan menuai dosa, maka cinta setelah pernikahan akan bertabur kemuliaan. Ibadah. Oleh karena itu, kokohkan iman, tingkatkan takwa agar kita tak mudah terbawa arus zaman yang menggoda kita untuk bermaksiat kepadaNya, sekecil apapun itu. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.