Jam Ibadah = Jam Kerja
Ikhtiar = Ibadah
Ibadah = Ikhtiar
TIDAK ada yang sim salabim. Jalan ibadah pun bukan jalan sim salabim. Dilihat dari keharusan melakukan ikhtiar yang di luar ikhtiar buminya. Jalan ibadah adalah jalan yang berproses. Karenanya, di setiap tahapan ibadah menjadi sebuah kegiatan yang berpahala dan mempunyai kebaikan dunia akhirat, bahkan sejak seseorang baru saja berniat untuk melakukan ibadah.
Ada satu garis yang jelas bahwa sungguh pun nanti ada pengisahan-pengisahan yang sepertinya instan, sesungguhnya tidak ada yang instan. Tidak ada yang sim salabim abrakadabra. Semuanya memiliki rentetan proses yang saling mengait.
Contoh, anjuran memberi makan anak yatim dan atau menanggung sebanyak-banyaknya anak asuh, harus kita lihat sebagai “jam kerja” tambahan juga. Jam kerja atau usaha ikhtiar buminya adalah ketika kerja dan usaha itu sendiri; ya di toko, di warung, di kantor, di belanja keperluan usaha, di rapat itu, dipertemuan bisnis ini dan itu. Sedangkan “jam tambahannya”, ya ketika kita duduk bersama anak yatim dan mencari anak asuh tersebut.
Malah nanti akan dipaparkan, jangan-jangan yang jam utama adalah ibadah, baik ketika memberi makan anak yatim, shalat malam, atau lainnya. Dan yang jam tambahan, adalah segala urusan dunia. []
Sumber: The Miracle of Giving/Karya: Ust. Yusuf Mansur/Penerbit: PT. Bestari Buana Murni