LISAN itu tajam bagaikan pedang. Meski tak bertulang, lidah bisa dengan mudah menyakiti perasaan orang lain. Sehingga, orang yang tersakiti itu bisa jadi menjadi penghalang keberkahan hidup kita.
Orang yang paling dekat tersakiti hatinya oleh lisan kita adalah tetangga. Oleh karena itu, seorang muslim harus dengan bijak menggunakan lisannya sehingga tidak melukai orang lain.
Terlebih lagi, tetangga adalah orang terdekat kita. Kita sangat membutuhkan keberadaannya. Mereka adalah orang terdekat saat keluarga kita ada masalah.
BACA JUGA: 8 Hal yang Dianjurkan Imam Ghazali ketika Sakit
Tidak menyakiti dengan ucapan atau perbuatan merupakan salah satu etika yang harus kita terapkan terhadap tetangga. Sebab, Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka ia jangan menyakiti tetangganya,” (Muttafaq alaih).
Rasulullah ﷺ bersabda, “Demi Allah tidak beriman.” Ditanyakan kepada Rasulullah ﷺ, “Siapakah orang yang tidak beriman, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Yaitu orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya,” (Muttafaq alaih).
Sabda Rasulullah ﷺ, “Wanita tersebut masuk neraka.”
Sabda di atas ditujukan Rasulullah ﷺ kepada wanita yang konon berpuasa di siang hari dan qiyamul lail di malam hari, namun ia menyakiti tetangganya.
Dapat kita ketahui bahwa orang yang tidak beriman ialah orang yang tidak bisa menjaga ucapan dan perbuatannya dengan baik terhadap tetangganya. Sehingga, ada tetangga yang tersakiti karenanya. Dan inilah yang menyebabkan amalan ibadah kita belum tentu diterima oleh Allah SWT.
BACA JUGA: Cara Seorang Muslim Menyikapi Sakit
Oleh sebab itu, jagalah lisan dan perbuatan kita. Sebelum berbicara dan bertindak, pikirkan terlebih dahulu. Jika dirasa ucapan dan perbuatan itu menyakitkan, lebih baik jangan dilakukan.
Tetapi, jika dirasa tidak ada masalah, maka tak mengapa jika diutarakan. Sebab, lebih berhati-hati dalam berucap dan berbuat itu lebih baik bagi kita agar terhindar dari penyesalan sepanjang hidup. Wallahu alam. []
Referensi: Ensiklopedi Muslim Minhajul Muslim/Karya: Abu Bakr Jabir Al-Jazairi/Penerbit: Darul Falah