IYAS bin Mu’adz, seorang pemuda belia datang ke Mekah bersama delegasi suku Aus, ia adalah penduduk Yastrib. Tujuannya datang bersama delegasi lainnya dalam rangka mengupayakan persekutuan dengan Quraisy untuk menghadapi kaum mereka dari suku Khazraj. Permusuhan kedua kabilah di Yastrib ini sudah terjadi sejak tahun kesebelas, sementara jumlah suku Aus lebih sedikit daripada suku Khazraj.
Ketika Rasulullah mengetahui kedatangan mereka, beliau menghampiri mereka lalu berkata, “Maukah kalian aku beritahukan sesuatu yang lebih baik dari tujuan semula kalian kemari?”
BACA JUGA: Kehidupan Sahabat yang Dijamin Masuk Surga
Mereka pun menjawab, “Ya, apa itu?”
Beliau menjawab, “Aku adalah utusan Allah, Dia telah mengutusku kepada para hamba-Nya untuk mengajak mereka beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan Dia telah menurunkan Al-Qur’an.” Kemudian beliau menawarkan Islam kepada mereka dan membacakan Al-Qur’an.
Iyas bin Mu’adz berkata kepada delegasi lainnya, “Wahai kaumku, Demi Allah! Ini adalah lebih baik dari tujuan semula kita kemari.”
Lalu Abu al-Hasyar, Anas bin Rafi’ (delegasi suku Aus) mengambil segenggam tanah berkerikil dan melemparkannya pada Iyas bin Mu’adz seraya berkata, “Menjauhlah dari kami, sungguh kami bukan datang untuk itu.” Iyas pun terdiam mendengar jawaban rekannya itu. Rasulullah lantas berdiri lalu pergi meninggalkan mereka.
BACA JUGA: Jenazah Sahabat Ini Tak Tersentuh Orang Musyrik
Selanjutnya, mereka pun pulang ke Madinah tanpa membawa hasil untuk mengadakan persekutuan dengan Quraisy.
Tak lama setelah mereka tiba di Yastrib, Iyas meninggal dunia. Namun sebelum itu, ia senantiasa bertahlil, bertakbir, bertahmid dan bertasbih menjelang kematiannya. Tanpa diragukan lagi bahwasanya ia mati dalam keadaan Islam.
Sumber: Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri. Ar-Rahiq al-Makhtum, Sirah Nabawiyah Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad, Dari Kelahiran Hingga Detik-detik Terakhir. Jakarta: Darul Haq.