Oleh: Choqi Isyraqi
ORANG yang kau pikir kuat itu, tak sekuat yang kau bayangkan.
Senyumnya di hadapanmu, bukan karena ia kuat, bukan.
Ia hanya tidak senang saja, melihat orang lain sedih karenanya.
Ketabahannya di hadapanmu, bukan karena ia tangguh, bukan.
Ia hanya tak mau saja, nampak lemah di hadapanmu.
Diamnya di hadapanmu, bukan karena ia tak punya masalah, bukan.
Ia hanya tak mau saja, menambah beban pikiranmu yang nampaknya juga punya masalah.
Tapi, ia tak sekuat yang kau bayangkan.
Ia manusia biasa, ia juga merasakan kesulitan.
Banyak hal yang mampu membuatnya merasa bahwa dunia itu tidak adil, banyak hal yang mampu membuatnya merasa bahwa apa yang ia lakukan itu salah, banyak hal yang mampu membuatnya bersedih, bahkan untuk sekedar senyumpun, ia enggan.
Ia manusia biasa, ia juga berkeluh kesah.
Hanya saja, kau tak pernah tahu. Karena segala masalahnya, ia ceritakan hanya pada-Nya.
Di atas hamparan tempat ia bersujud, ia lampiaskan segala kesalnya, masalahnya, keluhnya, kesahnya, kekhawatirannya, kesedihannya, ia lampiaskan segalanya kepada Allah. Dinginnya malam selalu menjadi waktu yang tepat untuk mengeluarkan segala hal yang mengganjal di hatinya.
Bukan, bukan karena ia tidak mau bersosial, bukan. Hanya saja, ia tidak mau menambah beban teman-temannya dengan menceritakan segala permasalahnya. Dan baginya, itu merepotkan orang lain.
Bukan, bukan juga karena ia sok suci, bukan. Tapi baginya, itu sudah cukup menenangkan jiwanya. Karena ia paham, Tuhan tidak membalas jawaban hamba-Nya dengan sebuah obrolan, tapi melalui cara-cara mengejutkan. Yang pasti, ia percaya, apapun bentuknya, pastilah jawaban Tuhan itu selalu terbaik.
Orang-orang yang nampak kuat itu, tidak sekuat yang kau bayangkan.
Ia manusia biasa, Ia juga seorang hamba, maka ia pun tak lepas dari ujian-Nya. []