PASCA Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, kaum muslimin menghadapi berbagai situasi sulit berupa kemurtadan dan pemberontakan. Fudhail bin Iyadh menuturkan bahwa kelompok murtad terbagi menjadi tiga.
Pertama, kelompok yang keluar dari Islam dan kembali menyembah berhala. Kedua, kelompok yang mengikuti ajaran Musailamah dan Aswad al-Ansi, dua orang yang mengaku sebagai nabi.
BACA JUGA: Cara Menghadapi Kaum Murtad
Ketiga, orang yang menyatakan diri sebagai muslim, namun menolak melaksanakan kewajiban zakat dengan mengatakan bahwa kewajiban zakat hanya diwajibkan ketika Rasulullah masih hidup.
‘Umar bin Khaththab dan beberapa sahabat mengusulkan kepada Abu Bakar sebagai khalifah Rasulullah agar untuk sementara waktu membiarkan orang-orang yang tidak mau membayar zakat sambil berusaha melunakkan hati mereka hingga iman di dada mereka tertanam dan mau membayar zakat. Namun, usulan tersebut berbeda dengan kebijakan Abu Bakar. Ia berpendapat bahwa orang yang tidak mau membayar zakat harus diperangi.
‘Umar bin Khaththab lantas mempertanyakan keputusan Abu Bakar, seraya mengutip perkatan Rasulullah, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan ‘Aku bersaksi tiada ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.’ Jika mereka telah bersyahadat, harta dan darah mereka terjaga dariku untuk ditumpahkan dan dirampas kecuali dengan haknya.”
Abu Bakar dengan tegas menjawab, “Demi Allah, seandainya mereka enggan menyerahkan anak unta yang sebelumnya mereka serahkan kepada Rasulullah, pastilah akan kuperangi mereka atas apa yang mereka lakukan itu. Ketahuilah, zakat itu adalah hak harta. Dan Demi Allah, aku pasti akan memerangi setiap oran yang membedakan antara shalat dan zakat.
Akhirnya, ‘Umar pun membenarkan sikap tegas Abu Bakar lalu berkata, “Akhirnya aku mengerti bahwa Allah telah melapangkan hati Abu Bakar untuk memerangi mereka dan apa yang dia lakukan adalah suatu kebenaran.” ‘Umar kemudian mengutip firman Allah,
Dalam riwayat lain disebutkan, ‘Umar berkata, “Wahai Abu Bakar, bersikap lemah lembutlah kepada mereka. Hadapilah mereka dengan pendekatan yang baik.”
Abu Bakar berkata, “Wahai ‘Umar, ketika masa jahiliyah engkau adalah orang yang sangat keras, lalu mengapa setelah berislam engkau menjadi lemah?”
BACA JUGA: Tidak Taat Pada Khalifah, Raja Ghassan Ini Pilih Murtad
Abu Bakar melanjutkan, “Wahai ‘Umar, wahyu telah terputus dan agama ini telah sempurna. Apakah aku rela agama ini akan berkurang sementara aku masih hidup.”
Begitu tegas dan kerasnya sikap Abu Bakar sampai-sampai para ulama berkata, “Allah menolong Islam melalui Abu Bakar di hari ketika banyak orang murtad, dan melalui Ahmad bin Hambal di hari ketika terjadi fitnah (khalqul Qur’an). Abu Bakar adalah lelaki yang lemah lembut, namun dalam hal memerangi orang-orang murtad, ia memiliki pendirian yang kokoh. Bahkan lebih keras dan tegas daripada ‘Umar bin Khaththab yang terkenal akan tegas dan kerasnya dalam pembelaan terhadap Allah. []
Sumber: DR. Ahmad Hatta MA., dkk. Januari 2015. The Golden Story of Abu Bakar Ash-Shiddiq. Jakarta Timur: Maghfirah Pustaka.