SEBUAH tim khusus yang dibentuk oleh Dewan Keamanan PBB dilaporkan mengunjungi pengungsi Rohingya di sepanjang perbatasan antara Bangladesh dan Myanmar Ahad (29/04/2018).
Dalam perjalanan tugas itu, delegasi PBB tersebut mewawancarai para pengungsi di kamp-kamp Bangladesh sebelum melakukan perjalanan ke Myanmar dan bertemu dengan Aung San Suu Kyi. Pemimpin Myanmar itu diketahui telah menuai kecamaan di Barat karena kegagalannya berbicara kepada rakyat Rohingya.
Dewan itu mendesak Myanmar untuk mengizinkan kembalinya para Rohingya dengan aman dan mengambil langkah-langkah untuk mengakhiri diskriminasi terhadap minoritas Muslim.
Komisioner pengungsi Bangladesh Mohammad Abul Kalam mengatakan kepada AFP bahwa tim PBB tersebut—dengan 26 diplomat dari 15 negara—pertama kali mengunjungi kamp Konarpara, di mana sekitar 6.000 orang Rohingya hidup terpaksa di semak belukar sejak pertumpahan darah terjadi tahun lalu.
Pemimpin Rohingya dari kamp Dil Mohammad mengatakan delegasi UNSC menemui dan berbicara dengan beberapa wanita korban kekerasan di Rakhine, serta para tetua masyarakat.
“Kami mengatakan kepada mereka bahwa kami tinggal di sini untuk menyelamatkan hidup kami. Kami sangat ingin kembali ke tanah kami, asalkan keamanan kami dijamin oleh PBB,” kata Mohammad kepada AFP.
Duta Besar Kuwait Mansour al-Otaibi mengatakan kunjungan itu bukan untuk mempermalukan Myanmar, tetapi menegaskan bahwa “pesannya akan sangat jelas bagi mereka: masyarakat internasional mengikuti situasi ini dan memiliki minat besar untuk menyelesaikannya.”
Pada hari Jumat pekan lalu, Human Rights Watch menyerukan krisis Rohingya Myanmar untuk dirujuk ke Pengadilan Pidana Internasional.
“Kurangnya resolusi Dewan Keamanan PBB telah membuat pemerintah Myanmar yakin bahwa secara harfiah telah lolos akan pembunuhan massal,” kata direktur eksekutif HRW Kenneth Roth kepada wartawan di Yangon. []
SUMBER: WORLD BULLETIN