PALU—Akibat listrik yang belum menyala sejak gempa membuat Tim Medis hanya mengandalkan sumber cahaya seadanya, bahkan pencahayaan HP.
Salah seorang relawan medis dari Tim Medis Wahdah Islamiyah, dr. Mujahid menyebutkan sejumlah warga mengalami trauma fisik (patah tulang, luka ringan-berat), penyakit pernapasan (ISPA) dan penyakit kulit serta trauma psikis.
“Saat ini sangat dibutuhkan pasokan untuk obat-obatan,” ujarnya.
BACA JUGA: Ratusan Jenazah Korban Tsunami Palu akan Dikuburkan secara Massal
Diantara pasien yang dirawat adalah Sultan (36) yang sehari-hari bekerja sebagai tukang las, pasien patah tulang di bagian paha menjelaskan saat gempa dirinya saat lagi bekerja dan jatuh dari ketinggian 6 m.
Korban lainnya, seorang ibu rumah tangga yang juga berada di tenda disebutkan oleh keluarganya mengalami trauma yang sama, dia terseret arus sejauh lebih 10 km dan ditemukan oleh keluarganya setelah dua hari dengan luka berat di sekujur tubuh.
Sebelumnya, pada Ahad, (30/9/2018), Tim Medis dari ormas Wahdah Islamiyah Peduli Gempa Sulteng telah mengerahkan 14 orang relawan yang terdiri dari 3 dokter dan selebihnya tenaga perawat dan apoteker.
Layanan kesehatan awal di buka di posko Wahdah Islamiyah di Jl. Rappolinja Desa Tinggede Kecermatan Marowali Kabupaten Sigi, Sulteng.
BACA JUGA: Gempa dan Tsunami Sulteng: Di Palu Korban Tewas 384 Orang
Menurut tim medis tersebut, layanan telah dibuka sejak semalam selepas shalat isya ini melayani 9 pasien. Baik yang datang langsung ke posko maupun yang di datangi langsung ke rumah-rumah warga terdampak gempa.
Info yang dihimpun dr. Mujahid menyebutkan 1203 korban jiwa, di update dari klaster kesehatan palu. []
REPORTER: RHIO