DEBAT perdana Capres telah selesai digelar dan berlangsung selama 120 menit. Timnas AMIN pun memberikan catatan kepada KPU soal aksesibilitas penyandang disabilitas yang dinilai masih kurang.
“Ada catatan buat aksesibilitas buat penyandang disabilitas dalam debat capres yang pertama kemarin. Pertama tidak ada subtitle dalam perdebatan. Jadi mereka (teman tuli) tidak bisa dengar, akhirnya mereka baca yang bahasa isyarat. Juru bahasa isyarat,” kata Jubir Timnas AMIN Surya Tjandra pada wartawan di Kantor KPU, Jakarta Pusat, Kamis (14/12/2023).
Ia mengungkapkan bahwa gerak isyarat yang di berikan untuk teman tuli sudah banyak yang tidak digunakan. Sehingga banyak penafsiran kata yang salah.
“Masalahnya juru bahasa isyarat ini banyak isyaratnya itu udah ketinggalan, jadi sudah tidak dipakai oleh teman tuli yang sekarang, sudah berkembang,” ujarnya.
BACA JUGA:Â KPU Evaluasi Aksi Gibran di Debat Capres yang Dianggap “Mengompori”
“Bagaimana dia menerjemahkan kata yang kontekstual itu yang muncul itu kata contoh ya, yang kami temukan itu misalnya ada kata ‘afirmasi’ itu diisyaratkan sebagai ‘akses’. Padahal berbeda. Terus istilah ‘gereja’ itu diisyaratkan ‘rumah plus’, karena rumah pakai salib. Padahal harusnya rumah kristen,” sambungnya.
Pihaknya pun meminta kepada KPU agar dalam debat selanjutnya, setiap paslon dapat membawa juru bahasa isyaratnya sendiri.
“Kami juga meminta satu capres atau satu cawapres satu juru bahasa isyarat. Kenapa? Karena debat, ketika dia cuma 1 juru bahasa isyarat padahal perdebatan, mereka nggak tahu siapa yang sedang bicara, tentang apa. Jadi perlu satu-satu dan harus paham konteks dari si orang ini, jadi juru bicara ini perlu memahami siapa capresnya,” imbuhnya. []
SUMBER: DETIK