DISADARI atau tidak sifat perfeksionis yang ada dalam diri seseorang bisa menjadi penghambat keberhasilannya. Bahkan dalam bidang apapun.
Salah satu ciri perfeksionis adalah fokus pada detail, padahal belum tentu detail tersebut penting. Seseorang yang perfeksionis akan merasakan ketakutan, keraguan, dan kecemasan manakala sesuatu tidak berjalan sesuai dengan apa yang ia rencanakan, bahkan sampai ke bagian paling rinci.
Misalnya, ada seseorang yang saking perfeksionisnya, ketika menyelenggarakan sebuah event misalnya, dia memperhatikan hal-hal yang detail, mulai dari snack, makanan, balon untuk ice breaking, tapi melupakan yang paling utama: Tempat, pembicara, dan peserta. Akhirnya, event bisa gagal karena terlalu fokus detail, lupa yang utama.
Demikian juga dengan mencari jodoh, ada orang-orang yang berfokus pada kriteria remeh-temeh detail, tapi lupa pada yang utama. Misalnya, ada yang mensyaratkan ingin jodoh dengan tinggi badan sekian centi, gaji sekian juta, punya tahi lalat di pipi kanan, dan syarat detail lainnya. Tapi lupa bahwa yang terpenting dalam mencari jodoh bukan hal-hal rinci seperti itu.
Efek dari sifat perfeksionis ini sangat bahaya lho, kita bisa terus-terusan mengeluhkan apa yang tidak ada pada diri calon kita, lupa bersyukur karena tidak bisa melihat kelebihan yang dimiliki calon kita nantinya, atau bahkan terjebak pada harapan semu tentang jodoh ideal.
Agar mengetahui apakah kita terlampau perfeksionis ataupun tidak dalam mencari jodoh, berikut tipsnya:
- Kriteria Jodoh
Kalau belum ada kriteria jodoh, buatlah kriteria hingga 10. Pastikan setiap kriteria detail dan rinci. Misalnya: Baik agamanya, ini kan tidak jelas. Apa ukuran agama seseorang dikatakan baik? Nah, buat jadi rinci misalnya shalat berjamaah di masjid tepat waktu 5 kali sehari, bisa membaca qur’an dengan makhroj yang tepat.
Setelah itu, pilihlah sampai 3 kriteria yang terpenting saja. Jika memang sudah pernah membuat kriteria calon, coba lihat kembali. Dari kriteria yang ada, peraslah sampai menjadi 3 kriteria utama yang paling inti.
- Mengenali perbedaan kebutuhan dengan keinginan
Keinginan manusia ada banyak, padahal kebutuhannya simpel saja: Makan secukupnya, minum secukupnya, tidur secukupnya. Jika kita memperturutkan keinginan, ketika kita lapar kita akan kebingungan, mau beli pizza atau makanan Jepang? Eh, tapi kok kayaknya enakan makan iga bakar yaa, atau masakan Korea? Akhirnya ketika yang terhidang hanya rendang yang dibeli dari warung Padang seberang. Kita merasa kurang ini kurang itu, mengeluh dan komplain. Padahal Rendang diakui sebagai makanan terlezat di dunia.
Kalau kita tahu kebutuhan makan yaa cukup makanan yang halal dan thoyib, maka makanan apapun yang terhidang akan dimakan dan disyukuri, tidak akan kita komentari. Betul kan?
- Tutup mata terhadap kelemahan orang lain dan diri sendiri
Seorang yang perfeksionis biasanya sensitif terhadap kekurangan orang lain. Terlalu gemuk lah, terlalu tinggi lah, terlalu tembem lah, duh mana ada manusia yang sempurna? Jodoh yang sempurna justru ia yang bisa kita terima apa adanya.
Nah, susahnya si perfeksionis juga biasanya sulit menerima kekurangan dirinya sendiri. Jadi, dia baru akan mencari jodoh begitu sudah mapan, sudah punya rumah, sudah punya kendaraan pribadi, dan punya tabungan sekian puluh atau ratus juta.
Coba deh belajar tutup mata terhadap segala kelemahanmu dan orang lain, agar dirimu lebih bisa menikmati hidup dan tidak terlalu banyak komplain karena tuntutanmu cukup tinggi. Kalau mau menikah ya mudahkanlah, turunkan syarat untuk dirimu sendirimu maupun calonmu nantinya, jangan persulit dirimu sendiri padahal Islam tidak pernah mempersulit umatnya.
Setidaknya lakukan 3 tips tersebut untuk mengurangi kadar perfeksionis yang kamu miliki. Ingat, sejatinya, perfeksionis itu penyakit mental, karena tidak ada kondisi yang sempurna, belajarlah bersyukur dan berbahagia dengan apa yang telah Allah berikan untukmu. []
Sumber: Annida