BELAJAR adalah perubahan relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman ataupun praktik yang telah diperkuat. Belajar juga merupakan hasil dari interaksi antara komunikator dan komunikan, antara guru dan murid, antara orangtua dan anak. Maka dari itu, ada tingkatan belajar yang bisa jadi penting untuk kita ketahui.
Seseorang dianggap belajar ketika telah mendapatkan sesuatu yang menunjukkan perubahan pada perilaku.
Menurut Djamarah dan Zain ‘’Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan nya adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.
Melihat pentingnya Pendidikan baik untuk individu dan bangsa, menjadikannya sebagai salah satu peluang bisnis. Sekarang banyak sekali usaha yang bergerak di bidang Pendidikan, seperti Lembaga bimbingan belajar dan konsultan Pendidikan.
Banyak orang tua yang mengambil keuntungan dari adanya upaya untuk membuat anak-anak mereka memahami pelajaran. Dengan begitu, anak-anak bisa mendapatkan nilai bagus di sekolah.
BACA JUGA : Belajar dari Surah Al-Kahfi: Kejar Impianmu
Kemudian hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan Pendidikan. Hal ini tercapai apabila siswa sudah mampu memahami belajar dengan diiringi oeh perubahan tingkah laku yang baik.
Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar :
• Keterampilan dan kebiasaan
• Pengetahun dan pengertian
• Sikap dan cita-cita
Dalam belajar tidak ada Batasan, kapanpun dan dimanapun tentunya. Menunutut ilmu hukumnya adalah wajib, bahkan sebgaian besar isi kandungan yang ada didalam Al-Qur’an Allah SWT selalu berseru kepada hambanya untuk beriman.
Bahkan ayat pertama yang diturunkan adalah (Iqra) yang berarti ‘’Bacalah’’ atau Sebagian besar ualam menafsirkan sebagai tuntunan atau seruan kepada kita untuk belajar.
Sebagaimana dalam sebuah hadist : ‘’Barangsiapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya; dan barangsiapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula. (HR. Bukhari dan Muslim).
Pentingnya belajar dan menuntut ilmu sudah sangat jelas yang diterangkan berbagai dalil menunutut ilmu baik ayat suci Al-Qur’an maupun hadist Nabi ﷺ.
Adapun lima tingkatan belajar sebagai berikut:
1. Tingkatan Belajar: Niat Belajar.
Ketika belajar wajib diawali dengan adanya niat. Sebab niat itu menajdi pokok dari segala hal, ‘’Sesungguhnya amal-amal perbuatan itu terserah niatnya’’ (Hadist Shahih)
2. Tingkatan Belajar: Niatan baik dan buruk.
‘’Banyak ama perbuatan yang berbentuk amal dunia, lalu menjadi amal akhirat yang karena buruk niatnya maka menjadi amal dunia.’’
Diwaktu belajar hendaklah berniat mencari ridho Allah SWT. Kebahagiaan akhirat, memerangi kebodohan sendiri dan segenap kaum bodoh, mengembangkan agama dan melanggengkan islam sebab kelanggengan islam itu harus diwujudkan dengan ilmu. Zuhud dan taqwapun tidak sah jika tanpa berdasar ilmu.
BACA JUGA : Tak Ada Kata Terlambat untuk Belajar
Syaikhul imam Ajall Burhanuddin shahibul hidayah menyanyikan syair gubahan Sebagian ulama:
• Hancur lebur, orang alim tak teratur lebih lebur, bila si jahil ibadah ngawur
• Keduanya menjadi fitnah, menimpa ganas di dunia.
3. Tingkatan Belajar: Kelezatan dan hikmah ilmu
Siapa saja telah merasakan kelezatan rasa ilmu dan amal, maka semakin kecillah kegemarannya akan harta benda dunia.
Syaikhu Imamil Aja Ustadz Qawamuddin Hammad bin Ibrahim bin ismail Ash-Shoffar Al-Anshoriy membacakan kami syair imla’ abu hanifah :
• Siapa saja gerangan, menuntut ilmu untuk hari kemudian untuklah dapat keutamaan, anugerah Allah petunjuk jalan
• Aduh, saja merugi, penuntut imu nan suci hanya sesuap nasi, dari hamba illahi.
Tetapi jika dalam meraih keuntungan itu demi amar ma’ruf nahi munkar, memperjuangkan kebenaran dan meluhurkan agama bukan untuk keperluan hawa nafsu sendiri maka diperbolehkan sejauh batas telah dapat menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar tersebut.
4. Tingkatan Belajar: Pantangan Ahli Ilmu
Orang berilmu itu hendaklah jangan membuat dirinya sendiri menjadi hina lantaran tamak terhadap sesuatu yang tidak semestinya, jangan sampai terjerumus kedalam lembah kehinaan ilmu dan ahli ilmu.
Ia supaya berbuat tawadhu’ (sikap tengah-tengah antara sombong dan kecil hati), berbuat fitrah, yang keterangan lebih jauhnya bis akita dapati dalam kitab akhaq. Seorang pelajar jangan sampai imu yang telah ia peroleh itu digunakan sarana bendahara duniawi yang hina, sedikit nilainya dan segera hancur ini.
5. Tingkatan Belajar: Saran khusus buat para pelajar
• Tatakrama, benar-benar budi orang taqwa. Ia menanjak tinggi, dengan sikap
• Ajaib, ajaiblah orang tidak tahu dirinya sendiri. Bahagikah nanti, apa malah celaka diri?
• Bagaimana waktu meningglakan dunia, pungkasan umur nyawanya. Suul khatimah, apa husnul khatimah?
• Keagungan, itu khusus sifat ar-rahman. Singkirlah waspadalah![]
SUMBER : EBOOK ‘’TA’LIM MUTA’ALLIM’’