ADA beberapa tingkatan jiwa yang melekat dalam diri manusia. Dalam QS Asy-Syams ayat 7 dan 8, Allah bersumpah dengan menggunakan kata ‘wa nafsin’ (demi jiwa yang sempurna).
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (QS Asy Syams: 7-8)
Para mufasir menyimpulkan bahwa Allah menciptakan manusia pada priode pertama adalah sama-sama, lurus pada fitrah yang kokoh, tidak ada sesuatu yang bengkik di dalamnya.
Allah kemudian mengilhaminya dengan dua sifat pilihan, yaitu kefasikan dan ketakwaan.
BACA JUGA: Bagaimana Quran Membersihkan Jiwa
Rasulullah bersabda, “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua orang tuanya-lah yang menjadikannya Yahudi, Mashrani, atau Majusi ….”
Dalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman:
“Aku menciptakan hamba-Ku dalam keadaan suci, maka datang setan yang memalingkan agama mereka.”
Terkait dengan penciptaan manusia, Allah menciptakan semua dalam keadaan fitrah sebagaimana fitran-Nya. Namun, jiwa-jiwa tersebut membentuk beberapa tingkatan.
Berdasarkan Alquran, para ulama mengklasifikasikan jiwa ke dalam tiga tingkatan.
- Nafsul ammarah bis-sue (jiwa pendorong kejahatan)
- Mafsul lawwamah (jiwa yang menyesal)
- Nafsul muthmainnah (jiwa yang tenang)
Ketiganya disebutkan dalam ayat-ayat berikut:
۞ وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS Yusuf: 53)
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً
فَادْخُلِي فِي عِبَادِي
وَادْخُلِي جَنَّتِي
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku. masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS Al Fajr: 27-30)
BACA JUGA: Mutiara Nasihat Bahasa Arab yang Indah dan Menyejukkan Jiwa
Sekelompok mufasir juga mengklasifikasikannya ke dalam 7 tingkatan. Berikut 7 tingkatan jiwa yang didasarkan pada keterangan nash Alquran menurut para mufasir tersebut:
1 Tingkatan jiwa: Nafsul ammarah bis-sue
Nafsul ammarah bis-sue adalah jiwa yang mendorong pada kejahatan.Ini merupakan tingkatan jiwa (nafsu) yang paling rendah yang memicu sifat-sifat buruk , seperti ananiyah (egois), takkabur, rakus, kikir, ghibah, dan lain-lain. Maka, nafsu semacamini harus diperangi.
2 Tingkatan jiwa: Nafsul lawwamah
Nafsul lawwamah adalah jiwa yang memiliki tingkat kesadaran awal melawan nafsu yang pertama. Dengan adanya bisikan hati, jiwa menyadari kelemahannya dan kembali kepada kesuciannya. Jika ini berhasil, maka ia akan dapat meningkatkan diri kepada tingkat berikutnya.
3 Tingkatan jiwa: Nafsul Mulhamah
Nafsul mulhamah setingkat dengan lawwamah. Ini didasarkan pada Firman Allah dalam QS Asy Syams ayat 8:
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan.” (QS Asy-Syams: 8)
Jiwa yang disebut nafsul mulhamah ini memiliki tindakan dan kehendak yang tinggi, dan lebih selektif dalam menyerap prinsip. Ketika jiwa ini merasa terpuruk dalam kenistaan, ia akan segera terilhami untuk mensucikan amal dan niatnya.
BACA JUGA: Sering Dilakukan Tiap Hari, Ini Dia Metode Pembersihan Jiwa Terbaik
4 Tingkatan jiwa: Nafsul muthmainah
Nafsul muthmainah adalah jiwa yang sangat tenang. Imannya telah mantap dan tidak terdorong kepada prilaku buruk. Jiwa yang tennag ini tidak lagi tergoda oleh kenikmatan bersifat materi atau duniawi.
5 Tingkatan jiwa: Nafsul radhiyah
Nafsul radhiyah adalah jiwa yang ridha. Pada tingkatan ini jiwa telah ikhlas menerima keadaan dirinya. Rasa hajatnya kepada Allah begitu besar. Jiwa inilah yang diibaratkan dalam doa: “Ilahi Anta maqsudi wa ridha-Ka matlubi” (Tuhanku Engkau tujuanku dan ridha-Mu adalah kebutuhanku).
6 Tingkatan jiwa: Nafsul mardhiyah
Nafsul mardhiyah adalah jiwa yang bahagia. Tidak ada lagi keluhan, kemarahan, kekesalan. Perilakunya tenang, dorongan perut dan syahwatnya tidak lagi mendominasi dirinya.
7 Tingkatan jiwa: Nafsu as-shafitah
Nasfu as-shafitah adalah jiwa yang tulus murni. Pada tingkatan ini seseorang dapat disifati sebagai insan kamil atau manusia paripurna. Jiwanya pasrah pada Allah dan telah mendapat petunjuk dari-Nya. Jiwa ini sejalan dengan kehendak-Nya. Perilakunya keluar dari nuraninya yang paling dalam dan tenang. []