Oleh: Yulis Setyowati
Alumnus UB, Pemerhati Anak dan Remaja
BEBERAPA waktu yang lalu ada seorang bunda yang tanya, “gimana ya mbak biar anak saya gak kecanduan HP?” “Usia si kecil berapa tahun bunda?” tanya saya ke ibu belia dengan 3 putranya yang masih TK dan Play Group. “Masih 5 tahun..” jawabnya. Adakah bunda-bunda yang dirumah mengalami hal yang sama?
Muhasabah sebentar yuk bunda. Orang tua adalah sosok yang tak lepas dari proses tumbuh kembang anak, mulai usia dini bahkan dari kandungan hingga dewasa. Orang tua yang mengajarkan pertama kali kepada anak tentang mana yang boleh dikerjakan dan mana yang harus ditiinggalkan. Orang tua yang mengenalkan baik dan buruk. Orang tua juga yang selalu mencukupi kebutuhan sang anak. Orang tua juga yang selalu memfasilitasi anak dengan seabreg permintaan anak-anaknya.
Termasuk dalam memfasilitasi benda yang satu ini. Kecil, kotak dan gepeng yang secara fisik tak menarik, tapi mampu membius anak-anak melebihi sebungkus permen dan coklat.
Benda yang satu ini mampu merusak dan merubah anak-anak kita. Yang mulanya alim menjadi beringas. Yang mulanya “manut” menjadi “mbangkangan”. Benda ini juga yang bisa mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Atau sebaliknya bisa membuat anak superaktif menjadi duduk diam “anteng”.
Benda kecil ini merupakan vektor yang sangat aktif dalam menyebarkan berbagai virus dan penyakit yang sangat membahayakan anak-anak. Dengan gadget anak-anak bisa klik sana klik sini. Geser sana geser sini terserah dia mau cari pict yang bergerak atau yang diam. Tanpa kontroling orang tua hal yang begini ini bisa “berabe”. Orang tua harus punya tenaga ekstra untuk mengontrol anak-anak. Meskipun hanya sekedar mengontrol penggunaan gadget.
Buat bunda-bunda yang dirumah mungkin ini bisa buat mengurangi bahkan memalingkan agar anak-anak tidak kecanduan hantu kecil ini:
1. Buat kesepakatan dengan si kecil untuk mengurangi frekuensi gadget
Ngobrol baik-baik dengan anak, membuat kesepakatan dalam pemakaian gadget adalah cara yang paling makruf. Misalnya sepakat boleh pegang gadget hanya hari Sabtu-Minggu (tetap dalam pantauan). Memang tidak mudah, apalagi jika anak sudah kecanduan. Bersyukur buat bunda- bunda yang tidak mengalaminya. Ketika sudah ada kesepakatan akan lebih mudah lagi untuk mengurangi lagi frekuensi pegang gadgetnya. Bahkan anak-anak tidak suka lagi dengan gadget.
2. Gadget jangan dijadikan reward buat anak-anak
“Kalo adik ranking satu tar bunda belikan gadget yang bagus…”.
“Adik gak boleh berisik. Bunda masih ngaji, ya udah nich main gadget aja kalo gitu.”
“Adik gak boleh ganggu bunda. Bunda masih ngerekap daftar order reseller bunda nich. Adik main gadget aja dech.”
Bunda pernah mengalami yang demikian itu? Ketika kita memberikan reward ke anak atas prestasinya dengan benda yang satu ini, anak akan menganggap benda ini adalah sesuatu yang sangat berharga.
Dan selanjutnya anak akan menjadikan syarat buat bundanya ketika sang bunda minta sesuatu kepada anak. “Tapi adik main gadget…….”
3. Fasilitasi anak secukupnya
“Bunda, gadgetku kok jadul gak kayak punya teman-teman?”
Sebagai orang tua yang sayang anaknya dan tak kan mau anaknya menyesal di akhirat kelak pasti mereka akan mengambil keputusan bijak dan berfikir seribu kali untuk membelikannya. Orang tua bisa menjelaskan fungsi utama gadget buat apa. Tanamkan anak sifat Qanaah dan bersyukur.
4. Kontroling yang ekstra ketat
Meski hanya seminggu 2 kali boleh pegang gadget misalnya, tapi orang tua harus tetap mengontrol anak-anaknya. Apa yang dia lihat, apa yang dia searching dan lain-lain. Orang tua harus sering ngintip history dan chat gadget anaknya. Gadget anak dikasih password? Ketika anak dan orang tua saling dekat, terbuka, saling percaya maka anak pun tidak akan menyembunyikan sesuatu pun dari orang tuanya.
5. Orang tua adalah cermin bagi anaknya
Sang anak pasti akan protes ketika orang tuanya cerewet melarang anaknya main gadget, tapi disaat yang sama orang tua juga gak berhenti pegang gadget.
Kurangi pegang gadget di depan anak, luangkan waktu kita untuk bercengkrama dengan anak-anak.
6. Tanamkan aqidah yang kuat ke anak
Ibarat tanaman ini adalah akarnya. Ibarat rumah ini pondasinya. Tanamkan rasa khouf kepada Allah. Bahwa setiap gerak gerik kita di dunia ini selalu diawasi CCTV yang tak pernah luput dari pantauan-Nya.
Terlebih rasa was-was para orang tua terhadap benda kecil ini akan hilang ketika didukung dengan lingkungan yang kondusif dan kebijakan yang tegas dari negara. Karena rata-rata kekhawatiran orang tua terhadap gadget ketika anak-anak terjerumus ke lembah kemaksiatan lewat benda ini melalui situs-situs yang berbahaya. Dan yang bisa menghentikan peredarannya ini hanya institusi negara. Wallahu a’lam. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: redaksi@ islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.