KETIKA khutbah Jumat sedang berlangsung, terkadang banyak orang yang merasa bosan. Banyak pula yang mengantuk. Sehingga, materi yang disampaikan oleh orang yang berkhutbah (khatib) tidak mengena ke jamaahnya. Sebab, mereka tidak memperhatikan dengan baik.
Padahal, adanya khutbah bertujuan untuk mengingatkan sesama muslim agar mereka bisa mengetahui jalan kebenaran. Tetapi, entah itu cara penyampaian atau khatib yang tidak menarik, bisa menjadi kendala. Hingga akhirnya membuat jamaah merasa jenuh. Lantas, apa yang harus dilakukan?
BACA JUGA: Shalat Jumat Perdana di Hagia Sophia, Ini Alasan Khatibnya Bawa Pedang
Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan agar khutbah Jumat bermanfaat dan berkesan bagi jamaah.
1. Hendaknya khatib adalah orang yang benar-benar berilmu dan bukan khatib “karbitan”. Mesikpun punya banyak gelar dan gelar tinggi di urusan dunia, tetapi jika belum cukup ilmu untuk menjadi khatib hendaknya jangan menjadi khatib. Ini membuat khutbah Jumat menjadi tidak menarik dan tidak menyentuh bahkan bisa salah.
Khatib-khatib “karbitan” (baik khatib Jumat ataupun penceramah diberbagai tempat) seperti ini yang disebut sebagai “ruwaibidhah.”
Rasulullah SAW bersabda, “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?” Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas,” (HR. Ibnu Majah, disahihkan al-Albani dalam as-Shahihah 1887).
2. Para khathib hendaknya menguasai dan menjiwai khutbahnya. Bukan sekadar pembacaan pidato yang kaku dan terkesan tidak menjiwai.
Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata, “Kebiasaan Rasulullah SAW jika berkhutbah, kedua matanya memerah, suaranya tinggi, dan kemarahannya sungguh-sungguh. Seolah-olah beliau memperingatkan tentara dengan mengatakan, ‘Musuh akan menyerang kamu pada waktu pagi. Musuh akan menyerang kamu pada waktu sore’,” (HR. Muslim, no. 867).
Selain itu, hendaknya khatib berkata dengan jelas dan dipahami. Dalam riwayat lain dikatakan, “Tetapi beliau berbicara dengan pembicaraan yang terang, jelas, orang yang duduk bersama beliau dapat menghafalnya,” (HR Tirmidzi di dalam Asy Syamail, no. 191).
BACA JUGA: Masuk Masjid saat Khatib Sudah Mulai Berkhutbah
3. Menyiapkan materi khutbah yang ringkas dan mengena. Karena khutbah yang ringkas menunjukkan khatib itu berilmu. Sebaiknya khutbah hendaknya pendek dan tidak betele-tele, shalatnya lebih panjang, namun keduanya itu sedang-sedang saja. Khutbah terlalu panjang juga akan membuat bosan, ditambah lagi suasana siang yang cukup terik.
Abu Wa’il berkata, ‘Ammar berkhutbah kepada kami dengan ringkas dan jelas. Ketika dia turun, kami berkata, “Hai, Abul Yaqzhan (panggilan Ammar). Engkau telah berkhutbah dengan ringkas dan jelas, seandainya engkau panjangkan sedikit.” Dia menjawab, “Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya panjang shalat seseorang, dan pendek khutbahnya merupakan tanda kefahamannya. Maka panjangkanlah shalat dan pendekanlah khutbah. Dan sesungguhnya di antaranya penjelasan merupakan sihir’,” (HR Muslim, no. 869).
Dengan melakukan ketiga hal itu, insyaAllah, jamaah akan terkesan dengan sang khatib yang menyampaikan khutbah. Sehingga, mereka tidak akan merasakan kantuk yang berlebihan. Dan mereka pun akan mendengarkan isi khutbah dengan penuh kekhusyuan. []
SUMBER: MUSLIM.OR.ID