1. BAHAGIAKANLAH suami/istri Anda, sebab apapun ceritanya orang tua pasti ingin melihat anaknya yang menikah hidup dengan bahagia. Hal ini juga berlaku bagi diri Anda sendiri pada masa yang akan datang.
2. Saat shalat, perbanyakanlah membaca surah Al-Hasyr ayat 21, “Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini ke atas sebuah gunung, niscaya engkau melihat gunung itu khusyuk serta terpecah belah karena takut kepada Allah. Dan (ingatlah), misal-misal perbandingan ini Kami kemukakan kepada umat manusia, supaya mereka memikirkannya.”
Berdoalah dengan khusyu semoga Allah melunakkan hati mertua agar menyadari bahwa memarahi/ menyepelekan menantu hingga memarahinya adalah wujud kedurhakaan kepada Allah. Sebab nyata adanya Allah telah menggariskan takdir bahwa anaknya telah resmi dinikahi sang menantu untuk membina rumah tangga sakinah, mawaddah, wa rahmah.
3. Berikut ini adalah doa yang In Shaa Allah berfaedah untuk tujuan yang dimaksudkan, “Allahumma laiyinli qalbahu, laiyinta li Daudal hadid (Ya Allah, lembutkanlah hatinya sebagaimana Kamu melembutkan Daud akan besi).”
4. Koreksi diri sendiri, sudah bersikap baikkah kita pada mertua. Seberapa sering mengunjungi mereka untuk memuliakannya sebab telah mengasuh dan membesarkan pendamping hidup kita sebelum resmi kita nikahi.
5. Pahamilah hal-hal yang mertua sukai semisal minat ataupun bakat. Sehingga saat bertemu mereka kita memiliki topik pembicaraan dan terjalinlah komunikasi dengan baik.
6. Sesekali berikanlah kejutan dengan membawakan beliau hadiah, tidak perlu barang mewah. Sangat disarankan membawakan makanan hasil buatan sendiri. Ada dua manfaatnya, a) di pihak orang tua laki-laki (suami) menunjukkan menantunya sangat memperhatikan nutrisi keluarganya, b) di pihak orang tua wanita (istri) menunjukkan bahwa suami menghargai masakan istrinya, apalagi kalau memuji masakan sang istri di depan orang tuanya tentu akan menambah nilai lebih. []
Arief Siddiq Razaan, 19 Oktober 2015