DI era digital saat ini, media sosial bukan lagi milik anak muda saja. Kaum ibu pun turut aktif di berbagai platform seperti WhatsApp, Facebook, Instagram, bahkan TikTok. Dari grup arisan hingga komunitas parenting, para ibu kini punya ruang sendiri untuk saling berbagi informasi, curhat, hingga promosi usaha rumahan. Namun, di balik manfaat tersebut, media sosial juga bisa menjadi ladang subur bagi ghibah online jika tidak digunakan dengan bijak.
Medsos: Pisau Bermata Dua
Media sosial sejatinya adalah alat. Ia bisa jadi sarana silaturahmi, dakwah, edukasi, bahkan penghasilan. Tapi, jika tak hati-hati, ia bisa menjadi sumber fitnah, konflik, dan dosa jariyah yang terus mengalir meski tangan sudah berhenti mengetik.
Salah satu kebiasaan yang kerap menjangkiti para pengguna medsos, termasuk kalangan ibu-ibu, adalah ghibah digital. Ghibah atau membicarakan keburukan orang lain, kini tak hanya terjadi di warung kopi atau teras rumah, tapi juga di grup WhatsApp dan kolom komentar Facebook. Bahkan, seringkali terjadi tanpa disadari.
Contohnya, membagikan screenshot status orang lain sambil menambahkan komentar sinis. Atau mengomentari gaya hidup tetangga yang dianggap “lebay” hanya karena sering posting liburan. Ini semua adalah bentuk ghibah yang dikemas secara digital.
Mengapa Ghibah Online Lebih Berbahaya?
1. Tersebar Cepat dan Luas
Sekali kita mengetik atau membagikan sesuatu, konten itu bisa disebarkan ke ribuan orang hanya dalam hitungan detik. Jika itu berisi fitnah atau aib seseorang, bayangkan betapa luasnya dampak yang ditimbulkan.
2. Jejak Digital Sulit Dihapus
Meski sudah dihapus, jejak digital seringkali tetap ada. Screenshot, rekaman layar, dan repost bisa membuat ghibah tersebut terus beredar tanpa bisa dihentikan.
3. Dosa yang Terus Mengalir
Dalam Islam, ghibah termasuk dosa besar. Dan jika dilakukan lewat media sosial, dosanya bisa terus mengalir selama konten tersebut masih dikonsumsi orang lain.
Langkah Bijak untuk Para Ibu di Dunia Digital
Agar tetap menjadi ibu cerdas dan berakhlak mulia di dunia maya, berikut beberapa langkah bijak yang bisa diterapkan:
1. Saring Sebelum Sharing
Sebelum membagikan informasi, pastikan kebenarannya. Jangan mudah terpancing oleh berita heboh atau gosip yang belum tentu benar. Gunakan prinsip “tabayyun” atau klarifikasi terlebih dahulu.
2. Hindari Komentar Negatif
Tak semua hal perlu dikomentari, apalagi jika komentarnya menjurus ke arah merendahkan orang lain. Bijaklah dalam menulis dan berpikir dua kali sebelum menekan tombol “kirim”.
3. Jadikan Medsos Ladang Kebaikan
Gunakan media sosial untuk hal-hal positif. Bagikan resep sehat, tips parenting, motivasi harian, atau dakwah ringan. Bukan hanya lebih bermanfaat, tapi juga bisa jadi ladang pahala.
4. Pahami Etika Digital
Etika digital bukan hanya soal sopan santun, tapi juga menyangkut empati dan tanggung jawab. Pahami batas privasi orang lain, dan jangan menyebarkan sesuatu yang belum tentu milik kita untuk dibagikan.
5. Ingat Anak-anak Mengamati
Banyak anak yang kini sudah melek teknologi. Mereka melihat bagaimana ibunya berinteraksi di dunia maya. Jadilah role model dalam berperilaku online. Jika ibu bijak bermedsos, anak pun akan belajar dari contoh tersebut.
Melek Digital Bukan Sekadar Bisa Pakai Aplikasi
Melek digital sejati bukan cuma soal bisa bikin status, posting foto, atau ikut tren viral. Tapi juga soal mampu membedakan mana yang patut dibagikan dan mana yang harus disimpan sendiri. Mana yang membangun, dan mana yang merusak.
Sebagai ibu, kita punya peran besar dalam membentuk peradaban digital yang sehat. Mulai dari grup WhatsApp RT, komunitas ibu-ibu sekolah, sampai akun pribadi di Instagram—semua bisa menjadi ladang dakwah dan kebaikan jika digunakan dengan niat yang lurus.
Jadilah Ibu yang Meneduhkan, di Dunia Nyata dan Maya
Media sosial sejatinya adalah cerminan siapa kita. Jika ingin menjadi pribadi yang menyejukkan, maka mulailah dari hal sederhana: tahan jari, jaga hati, dan sebarkan kebaikan. Dengan begitu, para ibu bukan hanya melek digital, tapi juga menjadi agen perubahan yang membawa aura positif ke dunia maya.
Karena di era sekarang, jempol kita bisa jadi jalan surga, atau malah pintu dosa. Pilihannya ada di tangan kita. []