BAGAIMANA cara atau tips menguatkan pernikahan ketika pasangan suami istri belum juga dikaruniai keturunan?
Setelah menikah, pertanyaan yang kerap dilontarkan orang-orang sekitar adalah, “Kapan punya anak?” Pertanyaan semacam ini bisa mengganggu pikiran dan mempengaruhi psikologis seseorang. Terutama pasangan yang sudah cukup lama belum dikaruniai keturunan.
Persoalan ketidakhadiran anak dalam sebuah pernikahan juga kerap menimbulkan pertengkaran. Lantas, bagaimana sebuah pernikahan bisa bertahan tanpa kehadiran seorang anak? Atau, bagaimana pasangan suami-istri mampu mempertahankan keharmonisan keluarga ketika belum juga dikaruniai keturunan?
Theresa Corbin menyimpulkan beberapa hal. Menurutnya, setidaknya ada empat hal yang membuat pasangan suami istri seharusnya tetap mampu mempertahankan keharmonisan keluarga meski belum dikaruniai keturunan.
BACA JUGA: Inilah 7 Cara Cepat Hamil, Tips bagi Pasutri yang Mendambakan Buah Hati
Jadi, bagi pasangan yang belum memiliki keturunan, jangan sedih dulu. Berikut beberap tips menguatkan pernikahan pasangan yang belum dikaruniai buah hati:
1 Tips menguatkan pernikahan: Ingatlah tujuan hidup dan pernikahan yang sebenarnya
Hal pertama yang harus diingat oleh pasangan adalah bahwa tujuan hidup kita bukanlah semata-mata untuk memiliki anak. Tujuan hidup kita adalah untuk beribadah kepada Allah.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS Az Zariat: 56)
Dan tentunya memiliki dan membesarkan anak dengan niat yang benar bisa menjadi salah satu cara untuk mewujudkannya. Tetapi ada begitu banyak cara untuk memenuhi tujuan kita dalam hidup ini.
Ada banyak orang saleh, seperti Aisyah, yang tidak pernah memiliki anak dan masih dapat menjalani hidup mereka dengan sangat baik.
Allah secara khusus memperingatkan kita terhadap pendekatan hidup seperti ini:
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS Al Munafiqun: 9)
Hal pertama yang seharusnya diingat ketika sedih karena tidak mendengar derap kaki kecil berlari melewati rumah adalah tujuan hidup kita yang sebenarnya. Ini dapat membantu pasangan untuk kembali fokus pada apa yang benar-benar penting. Dan pemfokusan ulang ini tidak hanya membantu dalam menangani ketidaksuburan, tetapi juga dalam semua kekecewaan hidup.
BACA JUGA: Berikut 7 Ayat Al-Quran tentang Pernikahan
2 Tips menguatkan pernikahan: Memiliki tujuan, proyek, aspirasi bersama
Setelah gairah intens fase bulan madu hilang, memiliki anak seakan memberi suami dan istri tujuan dan alasan bersama untuk bekerja sama. Tetapi memiliki anak bukanlah satu-satunya hal yang dapat menyatukan pasangan.
Tujuan dari setiap pernikahan harus saling membantu untuk mendapatkan keridhaan Allah dan mencapai Jannah bersama-sama. Tetapi pasangan dapat memiliki tujuan duniawi yang dimasukkan ke dalam tujuan akhir ini.
Pasangan tanpa anak dapat mulai menabung untuk membeli rumah tanpa bunga, atau bahkan bekerja sama untuk merencanakan dan membangun rumah mereka sendiri. Mereka dapat saling mendukung saat mereka bekerja untuk mendapatkan gelar yang lebih tinggi atau bekerja untuk lebih mengembangkan karir mereka.
Mereka dapat memulai atau bergabung dengan amal untuk tujuan yang mereka berdua yakini. Mereka bahkan dapat saling membantu mempelajari bahasa atau keterampilan baru. Pilihannya tidak terbatas.
Yang penting adalah membangun rasa kekeluargaan dalam pernikahan. Ini sedikit lebih sulit dilakukan tanpa anak, tetapi bukan tidak mungkin.
Orientasi tujuan dalam pernikahan dapat membantu menciptakan ikatan yang kuat seperti halnya membesarkan anak-anak.
BACA JUGA: Pernikahan Bagai Roller Coaster, Ini Tipsnya Biar Tetap Awet (1)
3 Tips menguatkan pernikahan: Jangan menginterupsi, sebab ini adalah kehendak Allah
Hal berikutnya yang harus difokuskan adalah menghindari saling menyalahkan. Sangat mudah bagi pasangan untuk mulai menyalahkan satu sama lain ketika ketidaksuburan muncul.
Tetapi sikap menyalahkan seperti ini sebenarnya hanyalah sebuah tanda bahwa pasangan telah lupa dari mana anak-anak sebenarnya berasal. Allah memberitahu kita dalam Alquran:
“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?” (QS An-Nahl: 72)
Rezeki kita, pasangan kita, anak-anak kita, bahkan nyawa kita sendiri semuanya dari Allah. Menyalahkan seseorang karena tidak memiliki anak sama dengan menyalahkan seseorang yang meninggal.
Itu di luar kendali kita. Allah menghidupkan dan mematikan. Jika kita tidak dapat memiliki anak, itu adalah kehendak Allah sendiri dan bukan salah siapa-siapa.
Ketika kesalahan menggantikan kepercayaan pada kehendak Allah, pasangan menjadi menyesal dan marah. Dan racun ini adalah kebalikan dari bagaimana Allah menyuruh kita untuk hidup bersama:
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS Ar Rum: 21)
Melihat kisah Adam yang tidak memiliki ibu atau ayah; Maryam yang melahirkan Isa saat masih perawan; Ibrahim dan Sarah yang sangat terlambat memiliki anak dalam hidup mereka; itu dapat membantu mengingatkan bahwa Allah memiliki rencana untuk kita dan keturunan kita, apakah kita memiliki anak dalam hidup ini atau berdoa untuk anak yang sempurna di Jannah.
BACA JUGA: Pernikahan Bagai Roller Coaster, Ini Tipsnya Biar Tetap Awet (2-Habis)
4 Tips menguatkan pernikahan: Saling membantu untuk bersyukur
Tidak peduli berapa banyak yang kita miliki, kita sebagai manusia selalu memiliki kapasitas untuk membuat diri kita sengsara atas apa yang tidak kita miliki. Tapi kita juga bisa membuat pilihan untuk merasa puas dengan apa yang telah diberikan Allah kepada kita.
Kita bisa melihat pasangan dengan banyak anak yang sempurna dan terjebak dalam memikirkan apa yang kita inginkan. Atau kita bisa memikirkan semua nikmat lain yang Allah berikan kepada kita. Ini tentang perspektif dan rasa syukur.
Tanpa anak pun, pasangan dapat tetap benar-benar menikmati pernikahan. Mungkin dengan menjadi teman baik, rekan tim, dan keluarga. Pasangan juga bisa tetap saling melindungi satu sama lain. Tetap bisa berjuang untuk tujuan yang sama dan selalu menjadi pengingat satu sama lain.
Kita bersyukur kepada Allah atas semua yang kita miliki dan terkadang kita lupa bahwa kita “harus” bersedih karena tidak memiliki anak.
Ketidakmampuan untuk memiliki anak tidak harus menjadi hukuman mati untuk pernikahan. Kehidupan dunia ini akan selalu di penuhi dengan ujian, baik ujian itu melalui anak kita maupun tidak memiliki anak sama sekali.
Yang bisa kita lakukan hanyalah menggunakan cara-cara di mana Allah menguji kita untuk menjadi lebih dekat dengan-Nya. Yang bisa kita lakukan hanyalah meminta kepada Allah untuk membuat hati kita bahagia dan bahkan gembira dengan apa yang telah Dia pilihkan untuk kita. []
SUMBER: ABOUT ISLAM