SEORANG ibu setengah baya mendatangi toko komputer yang baru saja buka. Ibu itu lalu mengeluhkan komputer di rumahnya yang dibeli setengah tahun lalu. Komputernya mati total. Dan, dia mengklaim komputer tersebut dibeli dari toko itu.
Dua orang kakak beradik pemilik toko komputer tersebut merasa kaget sebab toko mereka baru beroperasi tiga bulan yang lalu. Tapi, sang kakak segera melayani komplain tersebut dan bersedia untuk mengecek dan membetulkan.
BACA JUGA: Keuntungan Jujur dan Adil dalam Berdagang
“Mengapa kita harus menanggapi komplain ibu tadi? Dia bukan pelanggan kita!” protes sang adik.
Sang kakak hanya tersenyum dan berkata. “Nanti kamu akan tahu.”
Hari itu juga kakak beradik itu memberikan service pada komputer milik ibu setengah baya tadi sehingga komputernya bisa beroperasi normal seperti biasa. Dan si ibu kemudian mengucapkan banyak terima kasih.
Dalam perjalanan pulang, sang adik terus bertanya. “Mengapa kita harus melayaninya? Apa untungnya? Dia bukan pelanggan kita!”
Seperti semula kakaknya hanya tersenyum. “Nanti kamu akan tahu.”
Beberapa bulan berikutnya, si ibu setengah baya datang kembali ke toko komputer tersebut sambil membeli dua unit komputer dan satu printer untuk kantor tempat ia bekerja.
BACA JUGA: 6 Prinsip Dagang dalam Islam
Kakak itu berkata pada adiknya, “Sekarang dia pelanggan kita dan kamu tahu itu.”
Hanya sedikit orang yang rela memberikan pelayanan terlebih dahulu. Kebanyakan para pengusaha hanya ingin mengambil keuntungan secara singkat, tidak memikirkan jauh ke depan. Alhasil, umur usahanya pun singkat.
Barang siapa menabur benih maka dialah yang menuai. []
Sumber : Ibu Kaya VS Ibu Miskin Penguasa, Pengusaha, dan Orang Miskin/Rosadi Alibasa/Shakira Publisher