JIN seringakali muncul dalam rupa orang yang telah mati yang diminta pertologan. Bahkan acap kali muncul dalam rupa orang yang masih hidup yang dikultuskan. Sehingga orang musyrik yang memohon dan bermunajat pada sosok yang dikultuskan itu mengira bahwa orang ia lihat ialah orang yang ia maksudkan, padahal ia adalah setan yang hendak menyesatkannya.
Peristiwa seperti ini sering kali dialami oleh orang-orang kafir dan musyrik, oleh orang-orang yang meminta tolong kepada mayit, atau oleh orang-orang yang suka bertawasul kepada figur-figur yang dikultuskan, dalam hal ini setan menampilkan dirinya sebagai orang yang diperuntukan atau yang dikultuskan.
Kasus-kasus seperti ini sering kali ditemukan di kehidupan masyarakat. Banyak orang yang meminta pertolongan pada tokoh tertentu, lalu menurut anggapannya tokoh itu muncul dihadapannya. Sedangkan malaikat tidak pernah dan tidak akan membantu orang yang berbuat syirik. Apa yang Anda lihat itu adalah setan yang hendak menyesatkan Anda.
Sebagian orang mengira bahwa seorang yang dapat terbang tanpa menggunakan alat, mampu berjalan di lautan tanpa kapal bisa menebak suatu yang ‘agak gaib’, dan lainnya, merupakan suatu karamah (penghormatan) yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang saleh dan takwa. Pendapat ini tidak mutlak kebenarannya. Harus kita ketahui bahwa setiap perbuatan yang menyimpang dari ketentuan syariat atau bahkan dilarang syara’, maka perbuatan itu tergolong tipu daya setan.
Fenomena-fenomena tersebut secara ideologis bertentangan dengan syara’ dan sangat merusak keimanan, sehingga menurut syariat hal tersebut diharamkan. Setiap perbuatan yang diharamkan syara’ tetapi tetap dilakukan, maka harganya bukan lagi sebagai karamah dari Allah kepada hamba-Nya yang saleh, melainkan sebagai tipu daya setan kepada orang-orang yang tersesat dan terhina. Mengapa? Sebab Allah hanya boleh disembah dengan cara-cara yang telah diwajibkan atau disunnahkan. Maka anggapan wajib dan sunnah terhadap amal ibadah yang tidak diwajibkan dan tidak dianjurkan termasuk tipu daya setan, bukan sebagai karamah.
Allah tidak akan memberikan karamah kepada hamba-Nya dengan jalan yang bertentangan dengan akidah. Omong kosong jika di dalam melakukan sesuatu yang terlarang terdapat karamah. Sebab, karamah hanya ada pada seseorang yang mampu menjaga dan mengamalkan ajaran syariatnya secara konsisten. Sebaliknya, orang yang selalu bergelimang dalam perbuatan bid’ah, khurafat, dan maksiat, akan semakin jauh dari Allah. Dia akan menjauh dari jalan yang diridhai-Nya hingga tergelincir ke jalan orang-orang yang dimurkai-Nya. []
Sumber: Islam Jin dan Santet/Ibnu Taimiyah/Gema Insani Press/Kalibata Utara/Juni 2003