SEPANJANG sejarah orang-orang Yahudi telah melumuri lembarannya dengan penuh pengkhianatan dan pelanggaran janji. Mereka lebih suka memilih jalan tipu daya, persekongkolan, menimbulkan keresahan dan keguncangan di barisan kaum Muslimin. Hal ini sering terjadi di masa Rasulullah SAW. Salah satunya yang dilakukan oleh Syas bin Qais.
Ibnu Ishaq menuturkan bahwa Syas bin Qais adalah seorang tokoh Yahudi yang sudah tua renta dan sekaligus pemimpin kekufuran. Dia sangat membenci dan mendengki kaum Muslimin.
Suatu kali dia melewati beberapa orang sahabat dari Aus dan Khazraj yang sedang berkumpul dan berbincang-bincang dalam suatu majlis. Dia meradang karena melihat kerukunan, persatuan dan keakraban di antara sesama mereka karena Islam. Padahal, semasa Jahiliyah Aus dan Khazraj selalu bermusuhan.
BACA JUGA: Jejak Yahudi di Madinah bagian 1
Syas bergumam sendiri, “Ada beberapa orang dari Bani Qailah yang ikut berkumpul di tempat ini. Tidak, demi Allah, kami tidak boleh membiarkan mereka bersatu.”
Kemudian dia berkata kepada seorang pemuda Yahudi yang disuruhnya, “Hampirilah orang-orang itu dan duduklah bersama mereka. Kemudian ungkit kembali Perang Bu’ats yang pernah mereka alami. Lantunkan juga syair-syair yang pernah mereka ucapkan secara berbalas-balasan pada saat itu.”
Pemuda itu menuruti saja apa yang diperintahkan Syas. Akibatnya, mereka saling berdebat dan saling membanggakan diri, hingga ada dua orang yang melopat bangkit dan adu mulut dengan sengit.
Salah seorang si antara keduanya berkata kepada yang lain, “Jika kalian menghendaki, saat ini juga kami akan menghidupkan kembali akar peperangan di antara kita.” Kedua belah pihak, Aus dan Khazraj ikut terpancing. Lalu masing-masing mengambil senjatanya dan hampir saja terjadi adu fisik.
Rasulullah SAW yang mendengar kejadian ini segera beranjak pergi beserta beberapa sahabat dari Muhajirin dan menemui mereka. Beliau bersabda, “Wahai kaum muslimin, Allah… Allah… Mengapa masih ada seruan-seruan Jahiliyah, padahal aku ada di tengah-tengah kalian, setelah Allah menunjuki kalian untuk memeluk Islam, memuliakan kalian, memutuskan urusan Jahiliyah dari kalian, menyelamatkan kalian dari kekufuran dan menyatukan hati kalian dengan Islam?”
Mereka pun sadar bahwa kejadian ini merupakan bisikan setan dan tipu daya musuh mereka. Akhirnya mereka menangis. Orang-orang Aus berpelukan dengan orang-orang Khazraj, lalau mereka beranjak meninggalkan tempat itu beserta Rasulullah SAW. Mereka semakin taat dan patuh kepada beliau, karena Allah telah memadamkan tipu daya musuh Allah, Syas bin Qais.
BACA JUGA: Orang Terbaik di Kalangan Yahudi itu Masuk Islam
Ini merupakan sebuah gambaran dari upaya orang-orang Yahudi untuk membangkitkan keresahan dan keguncangan di kalangan kaum Muslimin. Mereka ingin memasang rintangan di hadapan dakwah Islam. Mereka memiliki banyak cara untuk memuluskan rencana semacam ini; menyebarkan isu-isu dusta, dan menyatakan iman pada pagi hari dan kufur pada sore harinya, dengan tujuan menanamkan benih keraguan di dalam hati orang-orang yang lemah imannya.
Bukan hanya itu, mereka juga mempersulit penghidupan orang-orang Mukmin yang mempunyai hubungan materi dengan mereka. Jika ada orang mukmin berhutang kepada mereka, mereka menagihnya siang dan malam. Jika mereka mempunyai tanggungan terhadap orang Mukmin mereka memanipulasi sebagian tanggungan itu dengan cara yang batil atau bahkan tidak mau membayar sama sekali.
Dalam hal ini mereka berkata, “Kami akan membayar utang kami selama kalian masih berada pada agama bapak-bapak kalian. Tetapi, setelah kalian keluar dari agama mereka, kami tidak ada lagi kewajiban untuk melunasinya.”
Mereka berbuat seperti itu sebelum meletus Perang Badar, sekali pun sudah dikukuhkan perjanjian dengan Rasulullah SAW. Beliau dan para sahabat selalu bersabar menghadapi semua itu, karena mereka mempunyai komitmen untuk menjaga keamanan dan perdamaian di wilayah Madinah.
Seperti itulah gambaran kecil dari kelicikan orang-orang Yahudi. Terkadang kita pun mudah tertipu akan tipu daya yang mereka lakukan. Mereka berperilaku seolah-olah bagaikan malaikat penolong bagi kita. Namun, setelah kita masuk pada perangkapnya, maka mereka akan memperlakukan kita secara semena-mena. Maka dari itu, jangan terlalu yakin pada mereka. Kita memang dianjurkan untuk berlaku baik kepada orang lain, walau pun berbeda keyakinan, tapi ingat, kita pun harus bisa menjaga diri agar kita tidak masuk dalam perangkap yang mematikan. []
Sumber: Sirah Nabawiyah Sejarah Hidup Nabi Muhammad | Karya: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri | Penerbit: Ummul Qura