DALAM rangka mencapai target pengurangan sampah plastik ke laut sebesar 70% pada tahun 2025, Sekretariat Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL), Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) menginisiasi Gerakan Sedekah Sampah Indonesia (GRADASI) Berbasis Masjid.
Gerakan Sedekah Sampah Indonesia (GRADASI) Berbasis Masjid merupakan upaya nyata yang dilakukan untuk menanamkan perubahan perilaku masyarakat dalam penanganan sampah dengan pendekatan keagamaan, salah satunya dengan mengajak masyarakan untuk mensedekahkan sampahnya.
BACA JUGA: Ramadhan, GMB 2021 Siap Jaga Higenitas 30.000 Masjid di Indonesia
Gradasi kemudian menggelar konferensi pers pada hari Jumat (30/04/2021), lewat Zoom Meeting.
Bertindak sebagai pembawa acara adalah Deri Firman.
Pembicara pertama adalah Novrizal Tahar, Direktur Pengelolaan Sampah KLHK. Beliau membahas tema “Kondisi persampahan di Indonesia dan upaya penanganannya oleh pemerintah”.
Novrizal memaparkan bahwa KPI Pengelolaan Sampah di tahun 2025 targetnya harus sudah 100%. “Gerakan partisipasi publik sekarang ini meningkat. Gerakan sedekah sampah bagian dari partisipasi publik, sebagai gerakan sosial kultural,” jelasnya. “Setiap orang bisa melakukan sedekah, sekalipun orang miskin.”
Novrizal menyatakan bahwa gerakan ini sebagai, Pertama, sebagai edukasi. Kedua, akan maksimal kalau setiap orang sudah memilahnya sejak dari sumber. “Masjid harus melakukan edukasi jamaahnya soal kesadaran untuk memilah sampah ini,” ucapnya lagi.
Pembicara kedua kemudian diisi oleh Hayu S. Prabowo, Ketua Lembaga Pemulianaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (PLH & SDA) MUI.
Hayu menyatakan bahwa sampah kita ini terkenal bisa berbahaya jika dibuang secara sembarangan. “Padahal ini bukan ajaran Islam. Sampah di darat ini mencemari udara,” paparnya.
Lebih jauh, Hayu menjelaskan bahwa sebaik-baiknya pengelolaan sampah adalah dengan pengurangan sampah.
“Motivasinya adalah ibadah. Menghilangkan sampah di jalan merupakan ibadah,” ujarnya lagi. “Ini gerakan ibadah. Pilahlah sampah dari rumah kemudian disedekahkan ke masjid.”
Bertindak sebagai pembicara ketiga adalah Ananto Isworo. Beliau adalah salah seorang penggerak Gradasi sejak beberapa tahun yang lalu di Yogyakarta. “Semoga Gradasi menjadi bagian dari gerakan masyarakat untuk memilah sampah sudah dimulai dari rumah,” ujarnya.
“Sampah tidak mengenal kasta. Orang yang sudah masuk ke masjid dengan bersih belum tentu di rumahnya sudah bersih,” ujarnya.
BACA JUGA: Ini Dia Fungsi Utama Masjid
Ananto mengimbau kepada masjid untuk terus mengedukasi jamaahnya. “Buanglah sampah pada tempatnya harus sudah direvisi. Karena masyarkat mempersepsikpkan secepatnya sejauh-jauhnya. Jadi mereka buang ke laut, kemana saja, pokoknya asal jauh dari mereka. jadi ini yang ini kita ubah,” jelasnya.
“Kalau cara pandang kita salah terhadap sampah, maka akan menghasilkan langkah yang salah berikutnya,” ujar Ananto.” Gerakan sedekah sampah adalah usaha memutus mata rantai yang terlalu panjang dari rumah smpi tpa sampah.”
Pembicara terakhir adalah Chairul Saleh dari Masjid Bintaro Jaya, sebagai masjid percontohan.
Menurut Chairul, kita harus menjadikan masjid bukan hanya sebagai sarana ibadah, tapi juga untuk pengelolaan lingkungan. “Di masjid kami sudah menghimbau jamaah untuk membawa tumblr dari rumah selama shalat tarawih,” terangnya. “Jadi ini sudah mengurangi sampah begitu.”
“Tag line kami: datang bawa sampah, pulang bawa berkah,” demikian tutupnya. []