QATAR–Sebuah toko di Qatar telah meluncurkan inisiatif tak lazim dengan mengisi rak-raknya dengan produk-produk buatan Turki. Menurut laporan, hal ini dilakukan toko tersebut sebagai langkah melawan kampanye yang dipimpin Saudi yang memboikot barang-barang ‘Made in Turkey.’
Kampanye yang dipimpin Saudi untuk “memboikot semua barang Turki” di negara-negara Arab telah diluncurkan lewat jaringan media sosial. Namun kampanye ini rupanya belum mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat Arab meskipun ada tekanan besar yang diterapkan pejabat di Riyadh untuk memboikot produk Turki.
BACA JUGA: Menteri Qatar: Ada Bukti Intelijen Rencana Invasi ke Qatar sebelum Diblokade
Dalam sebuah video yang beredar di Twitter terlihat lorong-lorong toko di Qatar tersebut terlihat penuh dengan produk dan bendera Turki.
#المقاطعه_الشعبيه_تهز_تركيا دعم قطر لتركيا بعد مقاطعتنا لمنتجات تركيا احذر من صديقك الف مره 👌🏻 pic.twitter.com/zAKfsSPeM6
— المهره 🤍Q.S.Y (@Qsy098765433S) October 22, 2020
Dalam video tersebut, pengguna Twitter terdengar meminta agar konsumen tak ragu membeli barang-barang buatan Turki dan mendesak pengusaha lain ikut bergabung dengan inisiatif tersebut.
Beberapa media melaporkan bahwa pihak berwenang yang bertanggung jawab atas sektor komersial Arab Saudi telah menekan perusahaan lokal untuk menghentikan transaksi perdagangan dengan Turki, termasuk memboikot produk, investasi, dan pariwisata Turki ke Saudi.
Namun kantor media pemerintah Arab Saudi telah membantah keabsahan laporan tersebut. Pihak Saudi mengatakan bahwa pihaknya belum membatasi barang-barang Turki dan tetap berkomitmen pada perjanjian perdagangan bebas internasional.
Namun tanda-tanda yang mendesak pelanggan untuk tidak membeli barang-barang Turki terlihat minggu lalu di beberapa toko ritel di ibu kota Riyadh.
BACA JUGA: Masjid dengan Nama Teraneh di Dunia Ada di Turki
Selain itu, di media sosial, hashtag #Boycott_Turkish_Products dan #Turkish_Products_Boycott_Campaign menjadi trending selama sebulan terakhir.
Hubungan antara Arab Saudi dan Turki telah memburuk dalam beberapa tahun terakhir karena kebijakan luar negeri. Ketegangan meningkat setelah terjadi kasus pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul pada 2018, dan sikap kuat Turki yang menuntut persidangan terhadap mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhannya dianggap telah memperburuk situasi. []
SUMBER: YENI SAFAK