WASHINGTON—Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya mengatakan kepada pemerintahan Amerika Serikat (AS) bahwa mereka tak akan mendukung ‘Kesepakatan Abad Ini’ yang merupakan rencana Washington untuk perdamaian Israel-Palestina. Kecuali, jika Yerusalem Timur diakui sebagai Ibu Kota Palestina.
BACA JUGA: Status Jerusalem: Donald Trump Sedang Membuat Ribuan “Hot Spot”
Raja Salman menyatakan dukungan untuk posisi Palestina dan meyakinkan para pemimpin Arab lainnya bahwa Arab Saudi masih berkomitmen untuk Prakarsa Perdamaian Arab 2002 yang mencakup negara Palestina dengan wilayah perbatasan tahun 1967 termasuk Yerusalem Timur sebagai ibukotanya.
Dia juga memberikan bantuan USD80 juta kepada Otoritas Palestina untuk mengatasi kesulitan setelah Trump memotong bantuan AS kepada Palestina.
“Mereka memberi tahu pemerintah (AS), ‘Apa yang bisa kami lakukan untuk Anda sebelum Yerusalem (Timur jadi Ibu Kota Palestina), kami tidak akan bisa melakukannya sekarang’,” kata sumber diplomatik mendeskripsikan perkataan Raja Salman.
Tahun lalu, sebelum pemerintahan Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, The New York Times melaporkan bahwa Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman menekan Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk menerima rencana perdamaian Trump, bahkan tanpa komitmen yang jelas untuk kenegaraan Palestina atau Ibu Kota Palestina di Yerusalem Timur.
Dalam laporan itu, Abbas menolak tekanan putra Raja Salman tersebut dan menyebabkan krisis antara Otoritas Palestina dan Riyadh. Tetapi hal-hal tersebut telah berubah dalam beberapa bulan terakhir.
BACA JUGA: Krisis Jerusalem: Selamat Menunaikan Kewajiban Bela Palestina
Sementara itu, Yordania dan Mesir juga telah mendorong pemerintah AS untuk menyajikan rencana perdamaiannya jika rencana itu adil bagi pihak Palestina. Orang-orang Yordania memperingatkan pemerintah Trump bahwa rencana yang miring ke Israel dapat menciptakan kerusuhan di Yordania, dan memaksa Amman untuk menolak keras. []
SUMBER: REUTERS | HAARETZ | THE NEW YORK TIMES