Oleh: Mela Ummu Nazry
Pemerhati Generasi
ayumela1977@gmail.com
ISLAM adalah agama yang sangat toleran. Sebab Islam sangat menghormati dan menghargai penganut agama lain, tidak memaksakan orang lain untuk menganut agama Islam. Islam pun tidak mencela/menghina agama lain dengan alasan apapun.
Islam membiarkan penganut agama lain menjalankan ritual agamanya. Islam tidak pernah mencampuradukkan ajaran agama satu dengan yang lain. Islam akan membiarkan penganut Nasrani menjalankan ritual agamanya tanpa mencampurinya, pun dengan Yahudi, Majusi dan lain sebagainya.
BACA JUGA: Islam, Toleransi Aktif dan Positif
Firman Allah SWT :
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ. لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ. وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ. وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ. وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ. لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
“Katakanlah (wahai Muhammad kepada orang-orang kafir), “Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 1-6).
Toleransi beragama tidaklah sama dengan mencampuradukkan ajaran agama. Sebab toleransi berarti membiarkan bukan mencampuri. Maka seorang muslim tidak boleh memakai atribut apapun yang melambangkan ajaran ritual agama tertentu, sebab bisa masuk dalam kategori mencampuradukkan ajaran agama, bukan toleransi.
Pun begitu dengan non-muslim tidak boleh memakai atribut ritual agama tertentu, sebab bisa masuk kategori mencampuradukkan ajaran agama, bukan toleransi. Dan mencampuradukkan ajaran ritual berbagai macam agama bisa masuk kategori menistakan agama, bahkan bisa masuk kategori menciptakan agama baru, bisa dianggap murtad atau keluar dari agama asalnya.
Firman Allah SWT:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
“Sesungguhnya agama (yang benar) di sisi Allah adalah Islam.” (QS. Ali ‘Imran: 19)
Juga firman Allah SWT :
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِن الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan di akhirat ia termasuk orang-orang yang rugi.” [Ali ‘Imran: 85]
Karenanya seorang muslim wajib berhati-hati dalam memahami makna toleransi, sehingga tidak terjerumus dalam mengada-adakan perbuatan yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Karena konsekuensi melakukan perbuatan yang tidak dicontohkan oleh Baginda Rasul, maka perbuatannya akan tertolak dan menjadi perbuatan yang sia-sia.
Firman Allah SWT :
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا
“Dan apa yang diberikan Rasulullah SAW kepadamu maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. (QS. Al Hasyr: 7).
Dalam kehidupannya, Rasulullah berinteraksi dengan seluruh anggota masyarakat yang dipimpinnya. Baik Muslim maupun Non Muslim. Rasulullah SAW bermuamalah jual beli dengan Yahudi ataupun Nasrani ataupun Majusi. Namun Rasulullah SAW tidak pernah mencampuri urusan ritual agama mereka.
Non Muslim hanya diseru atau didakwahi untuk masuk Islam, Namun Rasulullah tidak pernah memaksa mereka untuk masuk memeluk Islam. Meskipun pada akhirnya banyak yang masuk Islam bukanlah karena paksaan namun karena Non Muslim merasakan keadilan hukum Islam yang diterapkan, yang mengatur kehidupan masyarakat yang dipimpin oleh Rasulullah Muhammad SAW.
BACA JUGA: Kisah Toleransi Rasulullah dalam Perjanjian Hudaibiah
Allah Ta’ala berfirman,
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sungguh telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus… (QS. Al-Baqarah: 256).
Karenanya, berbicara tentang toleransi berarti berbicara tentang membiarkan bukan mencampuradukkan. Sebab tidak ada paksaan dalam beragama, sebab telah jelas jalan yang terang yang penuh dengan petunjuk, yang sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal dan menentramkan jiwa, yaitu Islam. Wallahualam. []
OPINI adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.