MENIKAH adalah ibadah, dan sudah selayaknya kita mampu memberikan setiap isi dalam pernikahan kita dengan rangkaian ibadah kepada Allah SWT.
Maka dalam hidup berumah tangga, sangat penting menjadikan agama sebagai pondasi mutlak yang tak bisa diubah oleh alasan apapun.
Menikah karena harta, menikah karena tahta, menikah karena rupa, itu sifatnya hanya sementara karena suatu waktu pasti akan sirna. Harta, tahta, dan rupa tak akan bisa menjamin kebahagiaan di akhirat sana. Bahkan di dunia pun, sering kali ketiganya menjadi ujian besar yang mampu membuat diri terlena dan menjauh dariNya.
BACA JUGA: Demi Harta, Keturunan Rothschild Harus Nikahi Saudaranya Sendiri
Salah satu tolak ukur seseorang yang siap menikah, adalah ia yang menyadari bahwa fitrah menikah adalah hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Bukan dengan tujuan lain, terlebih ukuran duniawi yang menjadi takarannya.
Mari luruskan niat karena Allah SWT agar keberkahan dari-Nya senantiasa menyertai kita. Bukankah ridho Allah SWT adalah yang utama?
Dalam hidup, kita diajarkan untuk bersabar dalam hal apapun. Bersabar mengejar keinginan, bersabar saat hadir kekecewaan, dan tentunya bersabar atas segala ujian yang Allah SWT berikan.
Kesabaran adalah sikap yang perlu dilatih. Seperti seorang anak yang baru belajar berjalan. Ketika ia jatuh, ia segera bangun kembali, dan tak merasa lelah untuk mengulang hal yang sama. Sang anak bersabar dan menikmati proses itu. Karena ia yakin, kesabarannya akan berbuah kebaikan untuk dirinya sendiri.
Begitu pula dalam hidup berumah tangga, kita perlu untuk melatih kesabaran kita, karena kita akan dihadapkan dengan lika-liku yang tak selalu membuat bahagia. Ada kalanya hati begitu kecewa terhadap pasangan kita, atau mungkin kecewa terhadap diri sendiri karena telah berbuat salah. Boleh, tapi rasa kecewa itu tidak selayaknya kita jadikan bahan nestapa yang membuat diri kita enggan bangkit untuk memperbaikinya.
BACA JUGA: Efek Buruk Nikah Muda, Apa Saja?
Munculnya konflik dalam rumah tangga, tentu akan menghadirkan kekecewaan dalam diri kita. Namun yakinlah bahwa kehadirannya adalah bagian dari proses dan pembelajaran hidup untuk kita. Kuatnya kita, adalah tentang sejauh mana kita mampu mengelola rasa kecewa yang ada, menjadi rasa sabar dan ikhlas yang tak terhingga.
Hadapilah setiap konflik dalam rumah tangga kita dengan terus menerapkan kesabaran dan keikhlasan di dalamnya. Yakinlah bahwa hadirnya permasalahan itu adalah bagian dari takdir Allah SWT untuk kita. Allah SWT ingin membina diri kita melalui rumah tangga yang kita jalani, Allah SWT ingin kita berjuang menjadi versi terbaik bagi diri kita. []
SUMBER: NIKAHBUTUHILMU