TOO much love will kill you.
Dalam sebuah artikel di Harvard Business Review berjudul Stop Doubling Down on Your Failing Strategy, ada sebuah case study yang cukup inspiring sekaligus menohok ☺️
Yaitu tentang sebuah ritel di industri musik di London, yang bernama HMV. Sejak lahir di 1960 hingga 1990, HMV tumbuh dan berkembang hingga memiliki lebih 320 jaringan toko di UK, USA, Jerman, Kanada, dan Prancis.
Model bisnis mereka adalah membuka gerai di jalan utama, menyediakan variasi koleksi kaset dan CD yang beragam, serta menyediakan fasilitas bagi pelanggan untuk mencoba kaset atau CD yang hendak dibeli. Seems like ‘Too big to fail’.
BACA JUGA: Brian Acton
Di tahun 2002, Amazon mulai menjual CD secara online. Disusul tahun 2003 iTunes mulai hadir sebagai platform penyedia musik yang dapat dibeli secara online dengan mengunduh.
Bukannya “riding the waves”, atau melakukan adjustment, instead sang GM malah memperbanyak jaringan toko baik secara organik maupun dengan mengakuisisi kompetitornya hingga berjumlah 600 toko pada tahun 2008 di seluruh dunia.
Kisah selanjutnya udah ketebak banget ya. HMV down dan akhirnya pailit di 2013. Simply because they didn’t want to change, they refused to adjust to something new: new prefference, new touch point, new life style sampai ke new behaviour of the consumer.
BACA JUGA: ‘Bismillah’ dalam Lagu ‘Bohemian Rhapsody’-Queen Bukan Menggambarkan Allah
Kecintaan yang berlebih terhadap cara atau metode lama atau bahkan produk lama, bisa menjadikan perusahaan terpuruk atau bahkan ambruk. Anything in excess is not good. *read that again.
Too much love will kill you 🤘. Adjust and pivot your (funneling) strategy. Now. []