RAKHINE–RIBUAN pengungsi Rohingya di Bangladesh terancam kelaparan karena sedikitnya bantuan internasional. Banyak pengungsi juga mengalami trauma mengalami kekerasan fisik dan psikis dari tentara Myanmar.
Krisis pengungsi Rohingya menjadi krisis kemanusiaan terburuk yang membutuhkan bantuan internasional.
Berikut rentetan derita warga Rohingya dari pertengahan Agustus hingga awal September :
25 Agustus 2017
Pertempuran pecah antara pemberontak Rohingya dan pasukan pemerintah di mana jumlah korban mencapai 98 orang.
26 Agustus 2017
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan militer Myanmar dalam pertempuran dengan etnik Rohingya.
31 Agustus 2017
Sedikitnya 400 orang tewas di mana mayoritas adalah warga Rohingya yang ditembak tentara Myanmar.
6 September 2017
Sekjen PBB Antonio Guterres minta Myanmar akhir kekerasan terhadap warga Rohingya.
7 September 2017
Suu Kyi klaim melindungi seluruh warga negaranya.
9 September 2017
Banyak desa Rohingya dibakar tentara Myanmar sehingga memaksa warga mengungsi.
10 September 2017
PBB meminta dunia internasional mengirimkan bantuan kepada pengungsi Rohingya yang jumlahnya mencapai 300.000 jiwa.
11 September 2017
PBB menuding Pemerintah Myanmar melakukan pembersihan etnik.
Krisis kemanusiaan sejak pecahnya konflik di Myanmar setidaknya sudah 300.000 pengungsi membanjiri perbatasan. Jumlah pengungsi Rohingya di Bangladesh mencapai 357.000 orang sejak Oktober 2016.
Kondisi ini makin diperparah dengan minimnya bantuan internasional yang mengakibatkan banyak perempuan kelaparan selama beberapa hari karena tidak ada bantuan makanan. Banyak bayi lahir di pengungsian yang tidak layak. Sedikitnya 51.100 anak-anak pengungsi Rohingya tidak bersekolah.[]
Sumber:InternationalSindoNews