AMERIKA SERIKAT–Lebih dari dua tahun silam sebuah kebakaran yang disengaja orang rasis telah merusak pintu Masjid Daarus Salaam, Florida, Amerika Serikat (AS).
Peristiwa tersebut menjadi pengingat bagi jemaah masjid Thonotosassa, Florida bahwa serangan terhadap dua masjid di Selandia Baru pada Jumat (15/3/2019) pekan lalu yang menewaskan lebih dari 40 Muslim dapat terjadi di sini.
BACA JUGA: Pengakuan Keluarga Soal Brandand Tarrant, Si Pelaku Teror di 2 Masjid Selandia Baru
“Ketakutan itu nyata,” kata Aida Mackic, juru bicara Masjid Daarus Salaam kepada Tampa Bay Times.
Pada Ahad (17/3/2019) sore, masjid tersebut menyelenggarakan aksi galang dana antaragama bagi mereka yang dibantai di Selandia Baru.
Ketika imam masjid memanjatkan doa bagi para korban dan keluarga mereka di Selandia Baru, kaum Muslim di sana juga menghadapi ketakutan yang semakin meningkat dari kaum nasionalis kulit putih di antara semua minoritas.
“Apakah itu aksi anti-Semitisme di Pittsburgh, rasisme di Charlottesville atau Islamofobia di Christchurch, semua itu membuat kami takut,” kata juru bicara Mackic kepada para peserta aksi.
“Itu adalah aksi teror,” kata Pendeta Gereja Komunitas Cypress Point Dean Reule dalam sambutan publiknya.
Sumayya Saleh dari Daarus Salaam menggemakan sentimen itu kepada hadirin.
“Janganlah kita berbasa-basi,” katanya. “Mari kita sebut tragedi di Selandia Baru apa adanya – itu serangan teroris,” kata Sumayya.
Kini Muslimah bertanya-tanya, kata Sumayya, jika mengenakan jilbab di depan umum akan membuat mereka menjadi sasaran kebencian atau tidak.
Menanggapi tragedi di Selandia Baru, Kantor Sheriff Hillsborough County, Florida, AS menempatkan para deputi yang bertugas di setiap masjid di wilayah tersebut selama layanan doa akhir pekan ini.
Selain itu, para petugas keamanan terus mengawasi tempat-tempat ibadah sebagai bagian rutin dari patroli mereka.
BACA JUGA: Tersenyum saat Disidang, Teroris Penembakan di Selandia Baru Tunjukan Simbol Jari Ini
“Kami ingin semua orang merasa aman,” kata Sheriff Chad Chronister
“Tidaklah cukup kalian masing-masing menerima saya sebagai tetangga dan sebagai teman Anda. Sebelum kita bersatu sebagai masyarakat untuk menghalangi ‘supremasi kulit putih’ kekerasan tidak akan berakhir,” Kata Sumayya. []
SUMBER: TAMPA BAY