WASHINGTON—Terkait sanksi PBB terbaru untuk Korea Utara, Presiden Amerika Donald Trump menyatakan bahwa hukuman yang dijatuhkan Dewan Keamanan tersebut belum seberapa jika dibandingkan dengan apa akhirnya yang akan terjadi.
“Kami pikir itu hanyalah salah satu tindakan kecil, bukan sebuah kesepakatan besar,” ujar Trump di Gedung Putih, lansir Reuters, Rabu (12/9/2017).
Sanksi terbaru PBB untuk Korea Utara tersebut berupa larangan ekspor tekstil serta bahan bakar.
Dewan Keamanan PBB menjatuhkan sanksi kepada Korea Utara berdasarkan draf sanksi yang dibuat oleh Amerika. Korea Utara dianggap tidak mengikuti keinginan Amerika soal uji coba senjata nuklirnya.
Sementara itu, Sekretaris Departemen Keuangan Amerika, memperingatkan Cina yang merupakan sekutu sekaligus mitra dagang Korea Utara, untuk mengikuti sanksi baru yang telah ditetapkan tersebut.
Bahkan jika Cina tidak menaati sanksi tersebut, pihak Washington mengancam akan memberikan sanksi tambahan dan akan menghalangi Cina untuk mengakses sistem dolar Amerika dan internasional.
Terkait pertimbangan Trump dalam menerapkann sanksi lain, termasuk memutus hubungan perbankan dan sistem finansial dengan Cina, Juru Bicara Gedung Putih Sarah Sanders menjelaskan bahwa semua pilihan telah disampaikan. “Trump ingin semua negara melibatkan diri dalam tindakannya terhadap Korea Utara.”
Kubu Washington sendiri sejauh ini telah memberikan sanksi terhadap bank milik Cina dan perusahaan lain, yang masih melakukan perdagangan serta bekerja sama dengan Korea Utara. Namun penetapan sanksi itu menimbulkan kekhawatiran, karena tidak menutup kemungkinan pihak Beijing akan melakukan perlawanan dan aksi balas dendam yang tentunya dapat mempengaruhi perekonomian dunia.
Cina dan Rusia sendiri sejauh ini menyatakan akan menghormati semua keputusan PBB, kedua negara tersebut juga menyarankan Amerika agarkembali bernegosiasi dengan Korea Utara. []