SEMUA kaum Muslimin mencintai Rasulullah, tak terkecuali seorang budak sekali pun. Ialah Tsauban, salah satu budak Rasulullah yang begitu mencintai beliau, bahkan tak mau lepas dari beliau. Tak sabar ia untuk cepat-cepat menatap wajah Nabi bila sewaktu-waktu terpisah dari Nabi.
Suatu hari Tsauban melihat wajah Nabi dengan muska masam, dari rautnya ia terlihat menyimpan kesedihan.
“Mengapa wajahmu terlihat masam, Tsauban?” tanya Nabi.
BACA JUGA: Ia akan Menjadi Temanku di Surga
“Tidak apa-apa, Rasulullah. jawab Tsauban.
“Aku tidak sakit, hanya saja jika aku tidak melihatmu, aku kesepian. Kemudian jika teringat akhirat, aku takut tidak dapat berjumpa denganmu lagi. Sebab jika kau di angkat ke Surga tertinggi beserta para Nabi, lalu dimanakah aku dibanding tempatmu? Dan jika aku tidak masuk Surga, niscaya aku tidak dapat melihatmu lagi.”
Nabi terharu, beliau merasa kasihan melihat Tsauban. Tak lama setelah itu, turunlah wahyu.
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”
BACA JUGA: 10 Sahabat yang Dijanjikan Surga
Tsauban adalah penduduk Yaman yang menjadi tawanan di zaman Jahiliyah. Ia kemudian dibeli oleh Nabi dan dibebaskan. Tetapi, ia tak ingin kembali kepada kaumnya. Dan lebih memilih tinggal bersama Nabi tanpa pernah berpisah sama sekali, baik di rumah maupun di perjalanan. []
Sumber: Fi Bayt al-Rasul, karya Nizar Abazhah. Bilik-Bilik Cinta Muhammad, Kisah Sehari-Hari Rumah Tangga Nabi., hal 271, 272.