JAKARTA–Kementerian Koordinator Kemaritiman (Kemenko Maritim) mengumpulkan para pakar dari BMKG, Badan Geologi, BPPT, hingga LIPI. Pertemuan ini membahas penyebab tsunami di Banten yang dianggap berbeda dari biasanya.
“Karena ini kan bukan tsunami yang biasa, bukan tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi. Sehingga kita kumpulkan para pakar dan juga K/L (kementerian/lembaga) yang menguasai data. Sehingga tadi satu kita mengatakan hipotesa yang paling mungkin tsunami ini disebabkan oleh longsor lereng Gunung Anak Krakatau di sisi barat daya. Karena gempa tidak ada dan juga fenomena oceonografi meteorologi juga tidak memperlihatkan sesuatu yang luar biasa,” kata Deputi Infrastruktur Kemenko Maritim Ridwan Djamaluddin usai pertemuan di kantornya, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Ahad (23/12/2018).
Baca Juga: Panik, Warga Banten Naik ke Bukit karena Isu Tsunami Susulan
Selain membahas penyebab tsunami di Selat Sunda, pertemuan ini juga untuk memastikan data bahwa penyebab tsunami adalah karena adanya longsoran Gunung Anak Krakatau. Salah satu buktinya adalah adanya citra satelit.
“Dari citra satelit terlihat perubahan atau adanya deformasi dari Gunung Anak Krakatau antara rekaman sebelum dan sesudah tsunami,” kata Ridwan.
Selain itu juga ada riset tahun 2011 yang telah dipublikasikan. Curah hujan yang tinggi pun memperkuat argumen soal kemungkinan longsor.
“Jadi kan itu materialnya lepas, batuannya lepas-lepas di Gunung Anak Krakatau itu, berdasarkan laporan badang geologi sehingga dengan curah hujan yang tinggi dan juga dipadu oleh tremor yang selama ini terjadi diduga memicu longsoran tersebut,” ujar Ridwan.
Baca Juga: BNPB Ungkap Alasan Seventeen Tak Sempat Selamatkan Diri dari Terjangan Tsunami
Kemudian, pertemuan tersebut juga menindaklanjuti citra satelit yang menggambarkan deformasi Gunung Anak Krakatau. Kemenko Maritim akan menghubungi LAPAN untuk memberikan gambar gunung di Selat Sunda itu sebelum dan sesudah tsunami.
“Mereka akan menyediakan citra satelit sebelum dan sesudah. Sehingga tadi ada dugaan deformasi itu kita bisa konfirmasi. Yang kedua kita akan melakukan kajian lebih dalam dengan data mentah yang ada di badan informasi geospasial data padat pasang surut data GPS dan juga data oceanmaps di BMKG untuk tadi membuktikan deformasi membuktikan curah hujannya dan juga gelombang,” ujar Ridwan.
BPPT dan LIPI nantinya akan melakukan survei kelautan untuk menindaklanjuti hal ini. Selain itu drone juga bisa dikerahkan guna mengonfirmasi adanya deformasi Gunung Anak Krakatau. []
SUMBER: DETIK.COM