Oleh: Harri Ash-Shiddiqie
Penulis tinggal di Jember
BANYAK orang berpikir bahwa istilah “Penyakit Hati”, yang sering didengar saat pengajian atau diskusi keagamaan, dianggap hanya semacam ungkapan gaya bahasa puitis, metaforis. Ungkapan yang melukiskan hal-hal yang tidak sebenarnya terjadi. Dengki, sombong, marah, dan penyakit hati lainnya, tidak benar-benar menunjukkan hati (lever) yang luka atau rusak karena digerogoti virus atau kuman.
Penelitian H. Takahashi, seorang ahli syaraf otak, mengejutkan sekaligus memukau. Salah satu penelitian Takahashi telah dimuat di majalah Science, Februari 2009. Peneliti itu memindai otak relawan (sejumlah 19 orang) yang mendapatkan informasi tentang orang lain yang tidak disukairelawan. Tidak disukai ini berkaitan dengan iri (salah satu penyakit hati), atau berkaitan dengan kesenangannya tatkala orang yang tidak disukai ini mendapat musibah.
Sejak lama telah diketahui ada bagian otak yang disebut ACC (anterior cingulatecortex), terletak di bagian depan otak, bentuknya melengkung, semacam kerah baju, melingkari bagian lain otak. Bagian ini bertindak aktif ketika seseorang mengalami sakit. Aktivitas bagian otak ini ditandai meningkatnya aliran darah yang bisa dipindai (dipantau, dicitrakan) dengan alat functionalMagneticResonanceImaging (fRMI).
Selain adanya rasa sakit, kesedihan, kecemasan, perasaan tersingkir dari lingkungan sosial, fakta penolakan yang dialami seseorang juga membuat aktif sirkuit saraf ACC, merubah komposisi jumlah penerima rangsangan yang disebut opioid.
Selama merasa sakit, opioid dalam sirkuit otak menurun. Dan saat merasa senang, jumlah opioid itu meningkat. Orang yang merasa sakit lalu mengkonsumsiobat yang mengandung zat opioid, akan merasa lebih nyaman, karena dosis opioid ditambah.
Penelitian Takashsisi yang dipublikasikan Science tidak berkaitan dengan rasa sakit fisik, tapi iri. Hasilnya memukau, karena ACC menjadi aktif tatkala relawan merasa iri terhadap orang-orang yang dikenalnya. Artinya, ketika seseorang merasa iri, otak meresponnya identik sebagai rasa sakit fisik.
Stres dialami seseorang karena persepsi dirinya memiliki keterbatasan sumberdaya yang tidak memadai untuk mengatasi beban. Terbatasnya waktu, keuangan, tenaga, kemampuan emosional sampai dukungan. Stres mengaktifkan sirkuit ACC. Dalam skala insidentil berkenaan target pekerjaan dengan deadline waktu, dapat dilihat orang yang terbirit-birit, sakit perut, ke kamar belakang, degup jantung kencang, sampai sesak nafas. Seluruhmetabolisme tubuh terganggu, ini melemahkan.
Iri adalah sebuah kondisi yang tidak berkaitan dengan beban yang dipikul dalam keterbatasan sumber daya, iri juga tidak menimbulkan kecemasan atauketakutan, tetapi memiliki efek yang sama di ACC. Bisa jadi, penyakit hati lainnya: sombong, riya, ujub, benci, juga mengaktifkan ACC.
Belum diungkap seberapa intensitas aktivitas ACC karena iri. Meski tidak nampak dari degup jantung yang bertambah, aktivitas ACC pasti mempengaruhi hormon dalam tubuh (kortisol misalnya). Metabolisme tubuh terganggu. Selain darah, organ tubuh yang lain juga menanggungnya.
Akhirnya, benar, bahwa penyakit hati itu memang tidak hanya mengacaukan jiwa, tapi juga merusak organ tubuh manusia. []