DI Yatsrib terdapat seorang saudagar kaya, murah hati serta suka menolong. Ia adalah Amr bin al-Jamuh seorang yang setia dengan berhalanya.
Amr bin al-Jamuh memiliki satu orang istri yaitu Hindun dan tiga orang anak di antaranya Mu’awwadz, Mu’adz, dan Khallad. Amr tidak mengetahui ketiga anak dan istrinya telah mengikuti ajaran Rasulullah sedangkan ia sendiri masih setia dengan berhalanya yang bernama Manat.
Melihat ayahnya yang tetap setia menyembah berhala akhirnya ketiga anaknya menyusun rencana untuk menyadarkan ayahnya tersebut.
BACA JUGA: Cintaku pada Mertua Tak Sebesar Cintaku kepada Tuhan
Suatu malam ketika Amr sedang tidur pulas, ketiga anaknya mengangkat Manat, lalu menceburkan Manat ke comberan dengan posisi nungging. Keesokan harinya ketika Amr akan membersihkan Manat, Amr kebingungan karena Manat tidak ada di tempatnya.
“Hai, Manat telah dicuri orang! Ke mana orang itu membawanya?” tanya, Amr pada anak-anaknya.
Ketiga anaknya menggelengkan kepala pura-pura tidak tahu. Amr mencari Manat sendirian dan menemukan berhala tersebut teronggok di comberan.
“Andai aku temukan siapa pelakunya, aku akan memberinya hukuman berat!” Amr marah dengan wajah yang memerah.
Ketika Amr menemukan berhalanya berada di comberan, dia lantas mengambil dan membersihkannya juga memberinya wewangian.
“Ayah, bukankah Manat itu tuhan? Mengapa ia tidak bisa menolong dirinya sendiri?” tanya Mu’adz. Amr diam mendengar pertanyaan anaknya tersebut. Dalam hantinya ia membenarkan perkataan anaknya.
Malam berikutnya, anak-anak Amr mengulangi perbuatan yang serupa dengan malam sebelumnya. Mereka menceburkan Manat lagi ke comberan dengan posisi menungging.
Keesokan harinya Amr kembali marah karena menemukan Manat kembali ada di comberan. Ia kembali membersihkan Manat dan memberinya wewangian.
“Baiklah, tuhan Manat. Kali ini aku memberimu pedang. Jika seseorang berniat jahat padamu, belalah dirimu!” kata Amr sembari mengalungkan pedang ke leher berhalanya itu.
Malam berikutnya ketiga anak Amr mengulang kembali perbuatannya itu. Mereka menceburkan Manat kembali ke comberan. Mereka mengambil pedang di leher Manat dan menggantinya dengan bangkai anjing.
BACA JUGA: Yusuf Islam: Banyak Sekolah Mengajarkan Hal Brilian, tetapi Dikemanakan Tuhan?
Amr begitu terkejut melihat Manat menungging di comberan beserta dengan bangkai anjing di lehernya. Amr berkata dalam hati, “Wahai Manat, jika engkau tuhan, bukankah engkau seharusnya bisa menolong dirimu sendiri?”
Sejak hari itu, Amr akhirnya menyadari bahwa menyembah berhala tidaklah benar. Sungguh naif menyembah sebongkah benda mati yang menyelamatkan diri saja tidak mampu. Maka pada saat itu juga Amr mengucap dua kalimat syahadat. []
Sumber: 77 Cahaya Cinta di Madinah/ Penulis: Ummu Rumaisha/ Penerbit: al-Qudwah Publishing/ Februari, 2015