Oleh: Ustaz Felix Y Siauw
TAKKAN pernah kita berjumpa dengan Muslimah sempurna, sama seperti mustahil kita menemukan Muslim yang tanpa cela. Karenanya dalam menikah, itu tak disyaratkan.
Menikah bukan berarti menyatukan dua insan yang tak pernah bersalah, menerima bahwa mereka sama-sama punya kurang, tapi keduanya sadar bahwa tujuannya sama.
Asal keduanya menuju pada tujuan yang satu, maka takkan terlepas ikatannya, kekurangan bisa ditutupi, kelebihan bisa ditambahkan. Semua bisa dihadapi.
Bila yang satu lelah, yang lain membopong, bila yang satu gontai yang lain menyemangati, yang satu gundah yang lain menenangkan, berdua bersama berjalan.
Itulah rumah tangga, sama seperti perjalanan. Banyak orang ingin lekas sampai pada tujuan, mereka lupa bahwa indahnya itu justru di perjalanannya, bukan tujuannya.
Mengapa banyak rumah tangga kandas di jalan? Sebab jalan mereka tak satu tujuan, bila sudah begitu, bergandengan jadi menyusahkan, apapun akan jadi masalah
Sesempurna apapun, bila sudah beda jalan, akan jadi masalah, sedekat apapun bila sudah berbeda jalan, pasti akan berpisah. Maka tujuannya yang harus sempurna.
Bila tujuannya sempurna, maka perjalanan jadi punya makna, teman dalam perjalanan jadi bernilai, senantiasa dihargai, itulah rumah tangga, dimana menikah jadi ibadah
Bila yang satu di depan menanti, bila dia di belakang maka dia menjaga, bila dia disamping maka dia menemani, bila dibawah mendukung bila diatas memayungi
Dan tak ada tujuan lebih baik selain menjadikan pernikahan itu layaknya ibadah. Diawali dengan hamdalah, diakhiri dengan hamdalah pula, alhamdulillah. []