DALAM kitab “Al-Wajiz Fi Ushul At-Tasyri’ Al-Islami”, tepatnya dalam pembahasan “Al-Akhbar”, Dr. Muhammad Hasan Hitu memuat sub bahasan “Asbab Al-Wadh’i Fi Al-Hadits” (Sebab-Sebab Pemalsuan Hadits). Beliau menyebutkan lima sebab pemalsuan Hadits yang dilakukan secara sengaja, yaitu:
1. Pemalsuan Hadits oleh kalangan zindiq dengan tujuan merusak ajaran Islam.
2. Pembelaan terhadap madzhab yang menyimpang, demi mendukung madzhabnya mereka berani membuat Hadits palsu.
3. Demi meraih keuntungan harta, dan ini biasanya dilakukan oleh para penceramah (qashshash) untuk menarik perhatian orang-orang dan mendapatkan uang dari mereka.
BACA JUGA: Bolehkah Mengikuti Selain Madzhab yang Empat?
4. Membuat Hadits palsu demi menjilat penguasa, dan ini adalah kebiasaan ulama su’.
5. Pemalsuan Hadits oleh kalangan sufi dan zuhud namun jahil dalam agama, mereka membuat Hadits palsu untuk memotivasi manusia melakukan ibadah dan ketaatan.
Menurut Dr. Muhammad Hasan Hitu, pemalsu Hadits yang terburuk adalah kalangan sufi dan zuhud yang jahil, karena dengan tampilan mereka yang tampak shalih dan “ketulusan” mereka, orang-orang mudah terbuai dan menerima Hadits-Hadits palsu yang mereka buat.
Kalau boleh saya perinci, dari semua pembuat Hadits palsu di atas, yang “niat”-nya paling baik adalah kelompok terakhir, yaitu kalangan yang mengklaim mengamalkan tashawwuf dan kezuhudan, namun jahil dalam ilmu agama. Yang lain motivasinya adalah untuk menghancurkan Islam atau minimal untuk keuntungan pribadinya. Sedangkan yang terakhir, tujuannya untuk kebaikan umat Islam. Namun mereka lah yang terburuk, karena dengan “ketulusannya”, lebih banyak orang yang tertipu, dan Hadits palsu lebih mudah tersebar.
Dari sini, kita bisa ambil pelajaran dalam konteks yang lebih luas. Niat baik saja, untuk melakukan perbaikan terhadap umat Islam, tidak cukup, wajib memiliki ilmu yang memadai, baik ilmu syar’i secara umum, dan fiqih dakwah secara khusus. Jika tidak, maka dikhawatirkan bukan maslahat yang terwujud, tapi mafsadat. Sebagaimana yang terjadi pada orang zuhud nan jahil pemalsu Hadits.
Jangan sampai dakwah isinya hanya marah-marah, maki-maki, dan sedikit-sedikit sumpah dan mubahalah, yang malah membuat umat Islam dan da’i-da’inya dituduh bersumbu pendek dan malas berpikir.
Atau dakwah dengan menyebarkan kedustaan dan hoax, entah karena ketidaktahuan atau bahkan disengaja untuk membuat kehebohan.
BACA JUGA: Bermadzhab dalam Fiqih, Pentingkah?
Atau dakwah yang malah membuat umat Islam yang berbeda afiliasi semakin menjauh dan bermusuhan, bukan taqrib (mendekatkan) yang dilakukan, tapi tab’id (menjauhkan). Membuat sesama umat Islam serasa tidak satu tubuh. Dan akhirnya malah memperlemah kekuatan umat Islam.
Dan banyak contoh lainnya, yang tentu motivasinya baik, untuk berdakwah dan menyampaikan kebenaran (minimal versi yang ia pahami), namun karena kejahilannya, bukan kemaslahatan dan kebaikan bagi umat Islam yang diberikan, malah menambah panjang daftar masalah.
Kesalahannya bukan di niat dan tujuan, karena niat dan tujuannya baik, sebagaimana niat dan tujuan pemalsu Hadits dari kalangan sufi dan pelaku kezuhudan yang jahil. Kesalahannya, dan ini sangat fatal, caranya keliru. Karena kejahilan, ia melakukan hal yang sangat buruk dan membuat umat Islam tertipu, bahkan bisa jadi dirinya sendiri tertipu.
Wallahu a’lam bish shawab. []
Facebook: Muhammad Abduh Negara