Oleh: Muntarsih Zakiyya Sakhie, moentarsih@gmail.com
PERNAH merasa dijiplak? Baik dari gaya pakaian, gaya bicara, gaya bahasa dalam menulis (bagi penulis), gaya promosi (bagi yang memiliki usaha) dan semacamnya. Bagi kita yang dijiplak barangkali paling mudah mengetahui karakter kita sedang dipakai oleh orang lain.
Pasti ada perasaan tidak suka ketika mengetahui pihak tertentu dengan seenaknya memakai ciri khas yang ada pada diri kita. Atau saat kita memakai/ membeli sesuatu lantas tiba-tiba ada orang lain yang ikut-ikutan dengan memakai atau membeli barang yang sama persis.
Sebenarnya orang yang suka menjiplak pertanda bahwa orang tersebut self confidence-nya pada titik yang rendah. Sehingga tidak ada kepercayaan pada dirinya sendiri. Merasa punya orang lain lebih bagus dan layak untuk ditampilkan.
Orang yang suka njiplak memiliki tingkat kemandirian yang minim dan tergantung seberapa besar dia suka mengikuti gaya atau karakter orang lain.
Pada fase yang fatal penjiplak akan mengikuti apapun yang dipakai atau dikerjakan oleh orang yang dianggapnya sempurna. Sehingga dia melupakan dan tidak mengenal potensinya sendiri.
Padahal Allah Swt menciptakan manusia dengan segala kelebihan dan kekurangan masing-masing. Apa yang dimiliki orang lain tidak ada pada kita begitu pula apa yang kita miliki belum tentu dimiliki oleh orang lain.
Secara tidak sadar kita telah terjebak dalam situasi yang menyiksa diri sendiri. Kita hanya akan bergerak menunggu sumber jiplakan kita bergerak. Tentu saja kita tidak akan pernah bisa maju ke depan kerena hanya menjadi sosok yang melihat, mengamati dan akhirnya hanya ikut-ikutan.
Di situlah kita telah merugi. Jika tidak segera bangkit dan menyudahi perilaku yang gemar menjiplak maka selamanya kita akan menjadi penjiplak sejati. []