HANUM Salsabila Rais, penulis novel Bulan Terbelah di Langit Amerika, pada Ahad (12/3/2017) menulis sebuah catatan tentang ibu dalam akun Instagramnya.
Putri dari Amien Rais ini menceritakan bagaimana sang ibu terus mendorongnya menjalani program kehamilan (promil).
Suatu kali, sang ibu berjanji menemani Hanum menjalani promil di Surabaya. Berapapun lamanya istri Amin Rais itu akan menemani sang putri.
Hingga waktunya tiba, saat menjalani promil di Surabaya, sesuatu terjadi kepada ibunya. Ia mengalami bell palsy. Hanum meminta ibunya pulang ke Yogyakarta. Namun sang ibu menolak. Ia sudah berjanji menemani Hanum menjalani promil.
“Aku udh janji sama kamu nemenin kamu Nduk. Kata dokter terapinya lama. Udah ntar diterapi sendiri dikasih anget2 aja nanti kan balik sendiri,” ujar sang ibu pada Hanum.
Seorang netizen dengan akun atikusmiati82 berkomentar “Tulisannya bikin meleleh… Semoga ibu mba @hanumrais ibu saya dan ibu2 diluar sana selalu sehat dan bahagia memiliki kita sbg anaknya.”
telagateduhMasyaa Allah terharuu :’)) jd anak shalihah ya dek sarahza :)))
ikewidyAamiin. Aku bacanya kok nangis ya mba. Nangis haru. Ikut bahagia juga, semoga Allah selalu memberikan kesehatan utk mba sekeluarga ya.
Berikut tulisan Hanum selengkapnya:
Setiap mlihat wajah Ibu,aku menunduk. Ada sebuah sudut di relung yang menangis. Dan inilah mengapa aku selalu menunduk.
Ibulah yang getol menyuruhku coba-coba dan coba lagi. Ia bahkan berjanji akan menemaniku selama promil di Surabaya selama apapun dibutuhkan. Usia ibu 66, tapi demi anaknya yg punya harapan besar ttg anak juga, ibu rela menemani sy setiap hari untk ngantri, duduk di ruang tunggu RS sampai kedinginan. Hingga suatu pagi ibu berkaca: Num, mukaku kok agak mencong ya? Apa gara2 makan udang ya alergi?
Awalnya ak mengamini. Tp sbg dokter, jiwaku mengatakan ada yg salah. Muka sebelah kiri ibu paralisis. Kaku. Alergi tdk spt ini.Tp kalau stroke jg tdk spt ini. What happened?!!
Ternyata ibu terkena bell’s palsy, serangan virus pdsaraf wajah ke7 krn kedinginan hingga mati rasa. Pastilah krn sering kedinginan di ruang AC RS. Membutuhkan terapi yg lama utk sembuh. Tahukah apa kata Ibu ketika kuminta beliau pulang ke Jogja agar mendpt terapi yg efektif drpd dikota orang yg tdk kenal siapa2?
“Aku udh janji sama kamu nemenin kamu Nduk. Kata dokter terapinya lama. Udah ntar diterapi sendiri dikasih anget2 aja nanti kan balik sendiri”
Sempat kita fight, karna ak ingin Ibu pulang tapi Ibu insist tidak mau. Apalagi setelah tahu aku dinyatakan Hamil. Ibu ingin masakin aku. Pokoknya aku harus dihati hati in. Hingga walhasil, terapinya pun terbengkalai.
Dan wajahnya, mengingat karena usia jg, prognosis terapi tak berjalan baik. Itulah mengapa wajah Ibu sebelah kiri sedikit miring. Hingga kini, meskipun berkurang banyak, terkadang sy masih bisa membaca bekas Bell Palsy nya itu.
Itulah Kusnasriyati Sri Rahayu. “Udahlah udah tua mau ngapain sih? Mau oplas? Halaah. Yang penting kan kamu skrg punya Sarahza! Anggep aja kalao ibu enggak Bell Palsy enggak ada Sarahza he he he”, katanya berkelakar.
Itulah mgpa setiap ak menatap wajah Ibu,ak menunduk. Karna pengorbanannya yg tak terkira. Cinta Ibu memang sepanjang jalan. Tak lekang jaman dan waktu. Setiap aku memberi ASI pd Sarahza ak katakan: Sarah, jd perempuan kuat spt nenekmu ya.
Aku berdoa Ibu diberi usia panjang agar Sarah bs kenal baik dgn org yg memperjuangkannya. Aamin.