Oleh: Mufid Soekarno,
soekarnosmufid@gmail.com
SETELAH lulus SMA ingin sekali rasanya untuk mengembara jauh mencari pengalaman. Dan fikir saya memang begitu, lelaki akan lebih baik jika pergi jauh. Belajar mandiri, belajar mengontrol diri, belajar untuk tidak bergantung kepada orangtua.
Keinginan untuk bisa pergi jauh dari orangtua pun akhirnya terkabul. Bekerja dan memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke bangku perkuliahan. Hidup sendiri di kota dengan kesibukan. Ah benar waktu terasa sangat cepat seolah-olah 24 jam sehari tidak cukup pikirku waktu itu.
Kesibukan yang melalaikan, seperti baru kemarin merayakan kelulusan SMA, dan sekarang tersadar banyak umur yang telah terlewatkan. keponakan yang dulu masih lucu-lucunya sekarang akan memasuki sekolah dasar. Hingga teman seperjuangan beberapa diantaranya sudah mempunyai momongan. Pertanyaan demi pertanyaan mulai mencuat, “kapan?”
Dalam benak saya terpikir mengapa mereka harus bertanya seperti itu? Pertanyaan itu terkadang terlalu mengusik, menambah kegelisahan. Siapa yang tidak ingin menyempurnakan separuh agamanya? Siapa yang tak ingin menyelamatkan syahwatnya? Siapa yang ingin sendiri menjalani hidup di dunia ? Hati ini mulai resah, bertanya-tanya dimanakah jodoh saya? Jika ada pertanyaan lain yang orang lontarkan sekiranya lebih baik menurutku. Saya menanggapi positif setiap pertanyaan-pertanyaan mereka dengan menanggapi “doakan saja”. Maka pertanyaan yang sedikit mengusik itu akhirnya bisa menjadi doa bagi baik. Aamiin.
Teringat akan satu hadist dari Abu Hurairah RA
مَا يُصِيبُ المُسْلِمَ، مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ، وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidak ada satu musibah yang menimpa setiap muslim, baik rasa capek, sakit, bingung, sedih, gangguan orang lain, resah yang mendalam, sampai duri yang menancap di badannya, kecuali Allah jadikan hal itu sebagai sebab pengampunan dosa-dosanya.” (HR. Bukhari).
Allah Maha Mengetahui apa-apa yang baik untuk hambanya. Menikah itu perlu, namun tidak dengan menggebu-gebu. Menggebu-gebu bisa berakibat kecewa jika kenyataan tidak sesuai dengan harapan.
Muhasabah diri mungkin lebih baik, mempersiapkan diri, karena saat kita berpasrah dan mengharapkan jodoh yang baik, wanita sholehah, yang menjaga kehormatannya maka kita pun harus melakukan hal yang sama. Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)…” (QS. An-Nur: 26).
Wahai Ukhti, jodohku yang masih menjadi rahasia Allah, tunggulah aku yang terus berusaha dan memantaskan diri. Saya yakin dan percaya dengan ketetapan Allah SWT. Dan Allah sesuai dengan prasangka hamba-NYA, bukan? []