GAZA—Sabreen al-Najjar menyampaikan curahan hatinya kepada masyarakat dunia atas kematian putrinya, Razan al-Najjar; perawat Palestina yang ditembak mati sniper militer Israel di perbatasan Gaza. Sambil menunjukkan rompi medis dan ID card putrinya, Sabreen mengatakan bahwa putrinya memang diincar pasukan Zionis karena dianggap mendukung “teroris” dalam demo Great March of Return.
“Ini senjatanya! Saya ingin dunia tahu ini adalah senjata Razan al-Najjar, dan apakah ini identitas seorang teroris?,” tanya Sabreen sambil mengangkat ID card putrinya yang dikenakannya pada saat kematiannya.
Sabreen juga menegaskan bahwa dirinya mengharapkan keadilan.
“Saya menginginkan keadilan bagi Razan,” kata Sabreen sambil menarik gumpalan kain kasa medis dari saku rompi putrinya.
Relawan medis berusia 21 tahun itu ditembak mati sniper pasukan Israel pada hari Jumat (1/6/2018). Dia ditembak di bagian dada (laporan lain menyebut di bagian jantung) saat memberikan pertolongan pertama pada seorang demonstran Palestina yang terkena hantaman tabung gas air mata. Padahal, saat itu Razan sudah memberi aba-aba dengan mengangkat tangan.
Bagi Sabreen, Razan adalah seorang putri tercinta. Kematiannya perawat yang dijuluki “malaikat pelindung” ini membuat ribuan warga Palestina berduka. Jalan-jalan dan tiang lampu di sekitar kampungynya di Khan Younis sekarang dihiasi dengan gambar Razan yang tersenyum cantik.
Sabreen mengatakan bahwa Razan telah menjadi sukarelawan sejak awal protes massal Great March of Return Maret lalu. Dia bekerja tanpa bayaran.
“Saya takut akan dirinya, tetapi Razan mengatakan kepada kami bahwa dia tidak takut, dia merasa berkewajiban membantu dan jelas mengenakan rompi medis,” kata Sabreen.
Sabreen juga mengungkapkan kepahlawanan sang putri.
“(Razan) mungkin kecil, tapi dia kuat, dan satu-satunya senjatanya adalah rompi medisnya,” lanjut Sabreen.
Ayah Razan, Ashraf al-Najjran, duduk di samping istrinya dalam keadaan berduka. Dia beberapa kali mengangguk atas berbagai komentar istrinya.
Sabreen menuturkan kata-kata putrinya yang tak bisa dia lupakan.
“Saya dilindungi oleh rompi saya,” kata Sabreen menirukan ucapan Razan. “Tuhan bersama saya, saya tidak takut,” lanjut ucapan Razan yang masih diingat ibunya.
Razan al-Najjran adalah pekerja medis kedua yang dibunuh pasukan Israel. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, sudah 119 warga Palestina tewas ditembak selama protes massal berlangsung. Lebih dari 200 orang lainnya terluka.
Sementara itu, militer Israel mengaku sedang menyelidiki insiden yang menewaskan Razan. IDF atau Pasukan Pertahanan Israel tetap menyangkal menargetkan pekerja medis.
“IDF terus bekerja untuk menarik pelajaran operasional dan mengurangi jumlah korban di wilayah pagar keamanan Jalur Gaza,” bunyi pernyataan militer negara Yahudi tersebut. []
SUMBER: CNN