SEORANG muslim hendaknya memakai baju terbaik yang dia punya ketika hari raya. Ini telah menjadi kebiasaan kaum muslimin. Tujuannya untuk menunjukkan kegembiraan dengan tibanya hari raya. Namun, adakah tuntunannya?
Syaikh Ibnu Jibrin rahimahullah berkata, “Dalam pelaksanaan shalat ‘id (hari raya), ada banyak sunnah dan hal-hal yang dianjurkan. Di antaranya: berdandan ketika menghadiri pelaksanaan shalat ‘id dengan memakai pakaian terbaik yang dimiliki. Umar pernah memberi pakaian yang bagus kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam supaya beliau bisa berdandan ketika hari raya dan ketika menyambut tamu. Namun beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menolak baju tersebut karena baju itu berbahan sutra. Meski demikian, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memiliki baju yang khusus beliau kenakan pada hari raya dan ketika melaksanakan shalat Jumat.” (Fatawa Syaikh Ibni Jibrin, 44:59)
BACA JUGA: Ukhti, Sebaiknya Perhatikan 5 Hal Ini Sebelum Membeli Baju Lebaran
Al-Hafizh Ibnu Jarir rahimahullah berkata, “Ibnu Abid Dunya dan Baihaqi meriwayatkan dengan sanad yang shahih bahwa Ibnu Umar memiliki baju terbaik yang khusus dia pakai ketika dua hari raya (yaitu hari raya idul fitri dan hari raya idul adha, pen.)
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Disunnahkan bagi lelaki – ketika hari raya – untuk bertajammul (memperbagus penampilan) dan memakai baju terbaik yang dia punyai.” (Majmu’ Fatawa wa Rasail Ibnu Utsaimin, 13:2461)
Tuntunan tentang berpenampilan terbaik di hari ray itu dinamakan tajammul. Tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga menunjukkan demikian.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma; beliau menceritakan, “Umar mengambil sebuah jubah dari sutra. Dia membelinya di pasar. Kemudian dia memberinya untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam; beliau katakan, ‘Wahai Rasulullah, aku membeli jubah ini supaya engkau bisa berhias dengan mengenakannyaketika hari raya dan ketika menyambut tamu.’ Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Ini adalah baju orang kafir (yang tidak punya bagian di akhirat).’” (HR. Bukhari, no. 948; Muslim, no. 2068).
BACA JUGA: Tajamul Tanpa Tabbaruj di Hari Raya, Bagaimana Caranya?
As-Sindi menjelaskan dalam Hasyiyah-nya, 3:181, “Dari hadits tersebut dapat diketahui bahwa tajammul (berhias) pada hari raya merupakan kebiasaan yang mengakar di tengah mereka dan itu tidak diingkari oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga disimpulkan, itu kebiasaan yang dilestarikan. []
SUMBER: WANITA SHALIHAH