KEHADIRAN Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasa’llam di Madinah, setelah beliau berhijrah ke Kota Suci itu, mendapat sambutan hangat warga kota yang sebelumnya bernama Yatsrib.
Apalagi selepas beliau mendirikan sebuah masjid yang kini disebut Masjid Nabawi. Mereka begitu bersemangat menghadiri shalat-shalat yang diimami Rasul.
Salah seorang di antara mereka adalah seorang pria yang rumahnya paling jauh dari “Bapak Masjid” tersebut. Meskipun demikian, dia tak pernah tertinggal shalat bersama beliau, walau harus menempuh perjalanan jauh dengan berjalan kaki, baik pada musim dingin ketika udara terasa sangat menggigit tulang maupun pada musim panas ketika sinar matahari begitu terik dan membakar kulit.
BACA JUGA: Ubay bin Ka’b Berdoa Diberikan Sakit
Melihat hal yang demikian, Ubay bin Ka’ab, seorang sahabat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasa’llam merasa kasihan kepada pria itu.
Lalu, suatu hari dan selepas kaum Muslim melaksanakan shalat di Masjid Nabawi, Ubay ibn Ka’b mendekati pria itu dan berkata, “Saudaraku, sebaiknya engkau membeli seekor keledai yang melindungimu dari terik matahari dan rintangan di perjalanan.”
“Demi Allah, aku tak senang kalau rumahku berdekatan dengan rumah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasa’llam. Aku lebih suka tinggal di sebuah rumah yang jauh dari rumah beliau,” jawab pria itu agak ketus.
Mendengar jawaban yang demikian, Ubay ibn Kaab pun kaget. Menurutnya, pria itu aneh. Sebab, ketika sebagian besar kaum Muslim berkeinginan tinggal di dekat rumah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasa’llam, pria itu malah sebaliknya. Maka, dia pun mengajak pria itu menemui beliau.
Setelah mengucapkan salam dan berbagi sapa dengan beliau, Ubay bin Ka’ab pun menuturkan perihal pria itu. “Benarkah apa yang diceritakan Ubay ibn Ka’ab tadi?” tanya beliau penuh rasa ingin tahu.
“Benar, wahai Rasul,” jawab pria itu sambil menundukkan kepala.
“Mengapa engkau tidak suka tinggal berdekatan denganku?” tanya beliau.
BACA JUGA: Kala Ubay bin Kaab Tangkap Jin Pencuri Kurma Miliknya
“Wahai Rasul, dengan tinggal di sebuah rumah yang jauh dari rumahmu ini, aku ingin mendapatkan pahala yang banyak—sesuai dengan jarak yang kutempuh setiap kali aku pergi ke masjid untuk shalat. Bukankah engkau pernah menyatakan bahwa pahala shalat berjamaah dua puluh tujuh kali lipat pahala shalat di pasar atau di rumah, dan bilamana seseorang pergi ke masjid hanya dengan maksud untuk shalat dan tidak ada dorongan apa pun kecuali untuk shalat, pada setiap langkahnya menuju masjid dia dinaikkan derajatnya satu peringkat atau satu dosanya akan diampuni?” jawab pria itu pelan.
“Sahabatku,” ucap beliau sambil tersenyum, “engkau akan memperoleh apa yang engkau harapkan.” []
Sumber: Pesona Ibadah Nabi: Shalat Zakat Puasa Haji/Karya: Ahmad Rofi` Usmani/Penerbit: Mizania/2015