SUATU malam, Thalhah bin Ubaidillah melihat Umar bin Khattab memasuki sebuah rumah, lalu masuk ke rumah lainnya. Esok paginya, Thalhah mendatangi rumah yang dimasuki Umar tersebut.
Setelah didatanginya, ternyata penghuni rumah itu adalah seorang wanita tua yang buta. Thalhah pun bertanya, Apa yang dilakukan lelaki yang biasa mendatangimu?”
“Dia senantiasa menjagaku sejak lama, membantu keperluanku dan menyingkirkan hal-hal yang menggangguku.” jawab nenek itu.
BACA JUGA: Saat Khalifah Umar Hubungkan Sungai Nil dengan Laut Merah
Mendengar jawaban itu, Thalhah berkata kepada dirinya sendiri, “Ibumu kehilanganmu, apakah engkau mencari-cari kesalaham Umar?!”
Diriwayatkan dari Qatadah, Umar keluar dari masjid berjalan bersama al-Jarud. Di tengah jalan, mereka bertemu seorang wanita tua, Umar memberi salam padanya dan ia pun menjawab salamnya.
Wanita tua itu berkata, “Aku ingat saat engkau masih bernama Umair (nama kecil Umar), engkau berkelahi dengan anak-anak sebayamu dengan tongkat di pasar Ukazh. Waktu pun berlalu, tiba-tiba aku mendengar engkau telah dipanggil Umar dan waktu pun terus berlalu hingga engkau dipanggil Amirul Mukminin. Bertakwalah kepada Allah dalam mengurus rakyatmu. Ketahuilah siapa yang takut akan ancaman, maka yang jauh akan menjadi dekat. Dan siapa yang takut pada kematian, dia akan khawatir kehilangan kesempatan.”
BACA JUGA: Kisah Ayah Durhaka kepada Anak di Zaman Umar
Al-Jarud berkata, “Kau telah banyak berbicara kepada Amirul Mukminin wahai perempuan.”
Umar pun berkata, “Biarkan dia, apakah engkau tidak tahu siapa dia? Dia adalah Khaulah binti Tsa’balah yang ucapannya di dengar oleh Allah dari atas tujuh lapis langit. Maka Umar lebih layak dari itu untuk mendengar perkataannya.”
Sumber: Abu Jannah. Sya’ban 1438 H. Serial Khulafa Ar-Rasyidin, Umar bin Khattab. Jakarta: Pustaka Al-Inabah.