Oleh: Dyah Musiyam, dyahmusiyam@yahoo.com
BEBERAPA hari yang lalu seseorang dari tetangga desa meninggal dunia, tak tahu penyebabnya apa. Entah karena kesulitan dalam kehidupannya dengan kondisi ekonominya yang minim atau sekedar bergurau, dengan setengah mengeluh, suatu hari, dulu dia pernah berucap: “Suk mben nek nganti beras regane sepuluh ewu, mending mati wae!” (Nanti kalau sampai harga beras sampai sepuluh ribu, lebih baik mati saja).
Tahukah saudara? Orang tersebut meninggal setelah heboh harga beras melampui 11 ribu/kilogram! Inikah jawaban Allah atas ucapan orang tersebut? Allohua’lam. Yang pasti selalu ada malaikat yang tak pernah alpa dalam mencatat setiap amal dan ucapan, bahkan sekedar bisikan hati. Maka, hati-hatilah dengan lisan kita.
Astaghfirullah. Mankaana yu’minubillahi wal yaumil akhir falyaqul khoiron au liyashmut (muttafaq alaihi).
Sebagaimana sebuah kisah seorang badui yang menolak menerima ghanimah dari Rosululloh seusai mengikuti perang, katanya “Bukan karena ini aku mengikutimu, tapi karena aku berharap kena panah di sini (sambil menunjuk tenggorokannya), lalu terbunuh dan aku masuk syurga”. Subhanalloh, saat ia mengikuti peperangan berikutnya, dia ditemukan syahid (insya Alloh), persis seperti apa yang pernah dikatakannya, anak panah menembus tenggorokannya!. (Ummu Zahid).[]