Oleh : Muhammad Arsyad Arifi
Aktivis Pemuda Muhammadiyah DIY, arsyadarifi@gmail.com
TELAH hangat terlewat hari raya para jemaat Kristiani di seluruh dunia. Yakni pada tanggal 25 Desember 2017 kemarin dirayakan Hari Natal yang disebut-sebut sebagai hari lahirnya Yesus Kristus di Nazaret, Palestina. Bagi kita Umat Islam, Hari Natal juga merupakan hari raya yang harus kita hargai dengan tidak mengganggu berlangsungnya berbagai ritual keagamaan di hari tersebut. Inilah yang kita sebut sebagai toleransi beragama yang harus dijaga demi keutuhan NKRI dan menjalankan syariat Allah SWT.
Akan tetapi kini kini kita temui banyak masyarakat yang menjual agamanya dengan berlebih-lebihan dan salah paham dalam menerapkan toleransi. Contohnya adalah seorang muslim yang mengucapkan selamat natal kepada Umat Kristiani. Para kaum liberal didikan orientalis barat berada di garda terdepan dalam hal ini. Mereka beralasan bahwasannya ucapan selamat natal itu sah-sah saja karena hanya terletak pada ucapan saja, sedangkan yang penting hatinya tidak mengakui kebenaran natal. Pernyataan ini merupakan sebuah kesesatan yang nyata, akan tetapi bagi kita pernyataan ini mudah saja untuk menjawabnya. Ada sebuah anekdot yang dapat menjawab pernyataan ini:
Yo: “Bro, besok aku natalan lho!”
Mus: (tersenyum)
MuLi: “Selamat natal ya Han!”
Yo: “Terima kasih yaa kamu ini toleran banget deh.”
MuLi: “ Iya bro sama-sama, loh mus kok diem aja? Ayo dong ucapin selamat natal, kan toleransi”
Yo: “Iya betul itu.”
Mus: “Maaf saya tidak boleh mengatakan itu.”
Yo: ”Kenapa? Kan cuman perkataan aja?”
MuLi: “Ayolah bro, Allah kita gak marah kok.”
Mus: “Okelah, tapi setelah itu kamu bilang Asyhadu allailahaillallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah”
Yohanes : “Ya gakmaulah, itu kan syahadat kamu, aku nanti murtad lagi.”
MuLi: “Wah kok gak toleran gini sih kamu?”
Mus: “Kenapa Kan cuma perkataan aja, kok pada gak mau? wah kalian ini pada gak toleran.”
Yo: (terdiam)
MuLi: (terdiam dan sangat malu)
Aneh rasanya akan tetapi nyata adanya, bahwa seorang muslim di Indonesia yang membela agama lain dengan dalih toleransi. Dengannya itu mereka menginjak-injak tauhid agamanya sendiri. Mengucapkan selamat natal kepada non muslim itu dilarang karena beberapa sebab yakni,
A. Menyetujui kekufuran orang-orang yang merayakan natal
Ketika ketika mengucapkan selamat atas sesuatu, pada hakikatnya kita memberikan suatu ucapan penghargaan. Misalnya ucapan selamat kepada teman yang telah lulus dari kuliahnya saat di wisuda.
Begitu juga dengan seorang yang muslim mengucapkan selamat natal kepada seorang non muslim. Seakan-akan orang yang mengucapkannya, menyematkan kalimat setuju akan kekufuran mereka. Karena mereka menganggap bahwa hari natal adalah hari kelahiran tuhan mereka, yaitu Nabi ‘Isa ‘alaihish shalatu wa sallam. Dan mereka menganggap bahwa Nabi ‘Isa adalah tuhan mereka. Bukankah hal ini adalah kekufuran yang sangat jelas dan nyata?
Padahal Allah Ta’ala telah berfirman,
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
“Bagimu agamamu, bagiku agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 6).
B. Nabi melarang mendahului ucapan salam
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلاَ النَّصَارَى بِالسَّلاَمِ
“Janganlah kalian mendahului Yahudi dan Nashara dalam salam (ucapan selamat).” (HR. Muslim no. 2167). Mengucap “Assalamualaikum”saja yang merupakan salam agama sendiri saja tidak boleh, apalagi selamat natal. Dalam ilmu ushul fiqih pernyataan ini disebut mafhum muwafaqah.
C. Menyerupai orang kafir
Tidak samar lagi, bahwa sebagian kaum muslimin turut berpartisipasi dalam perayaan natal. Lihat saja ketika di pasar-pasar, di jalan-jalan, dan pusat perbelanjaan. Sebagian dari kaum muslimin ada yang berpakaian dengan pakaian khas perayaan natal. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang kaum muslimin untuk menyerupai kaum kafir.
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Beberapa hal diatas yang kurang dicermati oleh para aktifis Islam liberal. Maka dari itu hendaknya, kita harus menarik garis pembatas mana wilayah aqidah mana muammalah. Mengucap selamat natal jelas masuk dalam wilayah aqidah maka hal tersebut dilarang oleh Allah SWT.
Semoga kita Umat Islam secara umumnya, dan Umat Islam Indonesia terutama Umat Islam di Desa Mororejo senantiasa mendapat petunjuk-Nya agar tidak tersesat kedalam jurang kemusyrikan dan kesesatan dengan selalu menuntut ilmu dan bertafaqquh fi din. Wallahua’lam bishawab. []