SEMUA orang pasti mengalami musibah dan ujian. Ada yang menganggap ujian itu suatu kebaikan namun banyak sekali yang menyalah artikan sebuah ujian. Bila ia dapat mengartikan suatu ujian itu dengan baik maka ia akan mendapatkan kebaikan dari apa yang dilakukannya.
Namun bagaimana jika seseorang tidak bisa menyikapi suatu ujian atau musibah itu dengan baik ? Disinlah keiman itu diuji. Dimana setiap mukmin dan mukminat pasti akan diuji, baik melalui nafsu, musibah, atau sesuatu yang ia cintai. Demikianlah takdir, selalu datang silih berganti dari sisi Allah yang Maha Bijaksana dan Maha mengetahui.
Sungguh, berbagai musibah dan cobaan adalah ujian bagi seorang hamba dan tanda cinta Allah terhadapnya. Ujian seperti obat meskipun pahit, namun kita akan tetap memberikannya kepada orang yang kita cintai.
Dalam sebuah Hadis Sahih disebutkan, ”Sesungguhnya besarnya pahala itu bergantung pada besarnya ujian, dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia pasti akan memberikan ujian kepadanya. Barangsiapa yang ridha maka dia akan mendapatkan keridhaan Allah, namun barang siapa yang tidak ridha maka dia akan mendapatkan kemurkaan Allah.”
Ibnu Al-Qayyim rahimahullah berkata, “Sungguh ujian yang dialami oleh seorang mukmin itu seperti obat yang mengeluarkan berbagai penyakit didalam tubuhnya. Apabila penyakit itu dibiarkan, maka akan membinasakannya, atau mengurangi pahalanya dan menurunkan derajatnya. Dengan demikian ujian dan cobaan itu, mengeluarkan berbagai penyakit itu dari dalam dirinya, dan dengan ujian itu dia dapat bersiap-siap menuju pahala yang sempurna dan kedudukannya yang tinggi.”
Tidak diragukan lagi wahai saudaraku, kedatangan ujian adalah kebaikan bagi seorang mukmin, daripada dia harus menimbun hukuman bagi dirinya di negri akhirat. Bagaimana tidak ? ujian itu dapat mengangkat derajat dan menghapus dosa-dosanya, Rasulullah Saw. Bersabda, “Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hambanya, maka dia akan menyegerakan hukuman baginya didunia. Jika Allah menghendaki keburukan bagi seorang hambanya maka dia akan menahan hukuman atas dosanya sehingga Dia dapat menunaikannya pada hari kiamat.”[]
Sumber: Jangan Berputus Asa Dari Rahmat Allah/Ahmad Abduh ‘Iwadh/Salamadani