Oleh: Iis Nuryati
iisnuryati93@gmail.com
“UKTI mau mahar apa?”
“Apa ya, bingung ni Akh.”
“Kalau seperangkat alat shalat gimana?”
“Ehm, maaf. Itu udah mainstream banget.”
“Kalau gitu, apa?”
“Ehm, itu, eehm, saya minta seperangkat kunci saja Akh.”
“Astaghfirullah!”
Segerombolan kunang-kunang tiba-tiba bersliweran di depan mata si ikhwan. Alhamdulillah, di belakangnya ada tembok yang kokoh, lebih dari cukup untuk menjadi sandaran tubuhnya agar tidak pingsan seketika.
“Eh, maksud saya, saya minta seperangkat kunci surga saja kok Akh.”
“Masya Allah…”
***
Bagaimana dengan kamu? Yakin deh, kamu juga bakal pingsan kalau calonmu minta mahar seperangkat kunci (kunci rumah, motor, atau mobil). Ya nggak? Gimana nggak pingsan, nikah berbekal modal percaya janji Allah (bahwa Allah akan mengayakan pemuda yang menjaga diri) dan -maaf- sedikit nekat, tiba-tiba ditodong dengan mahar seperangkat kunci hehe. Untunglah, bukan kunci rumah atau mobil yang diminta, tapi kunci surga. Hmm, lega rasanya.
Eits, jangan keburu lega dulu deh. Coba pikirkan baik-baik, mana yang lebih mudah dilakukan, membeli kunci rumah (tentu saja dengan rumahnya ya, bukan kunci doang) dengan membeli kunci surga? Jika uangmu belum cukup untuk membeli rumah secara kontan, kamu bisa pinjam uang di bank lalu mencicilnya tiap bulan sampai lunas, tapi kamu tidak bisa membeli surga dengan cara yang sama. Tak ada satu bank pun di dunia ini yang melayani kredit pembelian surga. Jadi, lebih mudah membeli rumah kan?
Surga adalah puncak kenikmatan yang belum pernah terdengar oleh telinga, terlihat oleh mata atau terlintas dalam pikiran manusia. Surga itu barang mahal, hanya bisa ditebus dengan yang mahal juga, seperti harta dan jiwa. Percaya kan, jauh lebih sulit membeli surga dibanding membeli rumah di dunia? Tapi kamu adalah pemimpin bagi wanita, pantang mundur dong! Kamu wajib mencari jalan agar bisa membeli surga yang mahal itu untuk istrimu dan juga kelak, anak-anakmu.
Apa yang harus kamu lakukan? Berpikirlah terbalik. Biasanya mulai itu dari awal kan? Nah untuk urusan surga ini, mulailah dari akhir, start from the end. Karena tujuan akhirmu adalah surga, maka jadikan surga sebagai visi pernikahanmu. Katakan ini pada (calon) istrimu, dan pastikan ia menyepakatinya. Bersyukurlah jika ternyata (calon) istrimu juga memiliki visi yang sama denganmu (seperti contoh di atas tuh). Kesamaan visi penting banget loh. Bayangkan, kamu pengen pergi bareng istrimu. Kamu pengen ke stadion istrimu maunya ke toko buku. Bukannya jadi pergi, bisa-bisa malah berantem hehe…
Nah, kalau udah klop, uraikan visi surga ini dalam misi, tujuan dan program kerja secara detail. Lengkapi dengan kurikulum, supervisi dan evaluasi secara berkala. Setelah itu realisasikan program tadi dalam kehidupan pernikahanmu.
Gampang ya? Iya, gampang banget nulisnya, tapi ngelakuinnya nggak segampang itu bro. Namanya aja perjuangan meraih surga, pasti banyak rintangan. Kalau banyak rantang(an) itu namanya catering. Ups. So, butuh niat kuat, keistiqomahan dan kerja sama dengan istrimu (dan seluruh anggota keluarga) untuk bisa mewujudkan mimpi surgamu itu. Dan doa-doa dalam sujud malammu yang akan menjadi tali pengikat harapanmu serta penyempurna ikhtiarmu.
Apa? Kamu belum akan menikah sekarang? Hmm, gimana ya? Secara kamu udah cukup dewasa gitu… Tapi, ngga pa-pa lah. Manfaatkan waktumu untuk mempersiapkan diri (asal nggak lama-lama ya. Masa persiapan mulu, terus actionnya kapan?). Kamu bisa mulai menyusun rencana dari sekarang kok. Kamu bisa menabung doa dan amal untuk membeli kunci surga, ntar kalau waktunya udah tiba, kamu nggak perlu repot cari pinjaman ke bank. []