PRANCIS–Beberapa waktu lalu beredar kabar tentang penundaan Ramadhan di beberapa negara Eropa. Rumor telah menyebar di komunitas Maroko di Belgia bahwa Ramadhan dapat ‘dibatalkan’ atau digeser karena datangnya wabah virus corona di Eropa.
Hal itu bermula dari komentar Mohammed Chatar, seorang presenter terkenal. Dia mengatakan, pihak berwenang dapat memaksa mengambil langkah untuk melindungi sistem kekebalan tubuh yang melemah. Komentar ini menuai reaksi dan dianggap salah atau misinformasi.
BACA JUGA: Heboh, Politisi Aljazair Ini Usul Puasa Ramadhan 2020 Ditunda karena Covid-19
Media lokal, mengatakan klaim Chatar tersebut seperti menyulut api di media sosial (medsos) dan layanan pesan di ponsel.
Abdelmoniam Boussenna, ulama Muslim tersebut telah menolak klaim penundaan Ramadhan yang telah santer diberitakan itu.
Boussenna yang merupakan seorang imam di sebuah masjid di Roubaix, perbatasan Prancis-Belgia, membalas komentar Chatar dengan bertanya, “Apa otoritas misterius ini yang memiliki kapasitas untuk membatalkan atau menunda pilar keempat Islam?”
Boussenna menjelaskan, tidak ada spesialis medis yang mengatakan, menunaikan puasa dapat menyebarkan virus corona lebih cepat.
“Jika para dokter atau para ahli telah menjelaskan kepada kami bahwa puasa mendukung pengembangan virus, tentu saja kami akan memikul tanggung jawab kami karena pelestarian hidup yang didahulukan,” katanya, seperti dikutip dari The National.
BACA JUGA: Pesan MUI: Ibadah Ramadhan Harus Dijadikan Momentum Emas untuk Percepat Penanganan Covid-19
Ramadhan di Eropa diperkirakan akan dimulai akhir pekan ini, kemungkinan pada 24 April 2020. Eksekutif Muslim Belgia telah menetapkan serangkaian pedoman untuk memastikan jamaah tetap aman selama pandemi. Ini termasuk masjid yang tetap ditutup dan orang-orang diminta untuk tidak menunggu sampai akhir hari untuk membeli makanan.
“Mengundang orang yang dicintai, teman, dan tetangga ke rumah Anda, sayangnya dilarang karena kewajiban menjaga jarak,” kata sang eksekutif.
“Pertemuan orang-orang yang terkadang terbentuk setelah makan (berbuka), tidak lagi diizinkan. Selain itu, mereka yang setia yang tetap terjaga selama sebagian malam harus berhati-hati untuk menjaga perdamaian di lingkungan mereka,” begitu pesan sang eksekutif.
Pekerja yang terlibat dalam garis depan untuk mengendalikan penyebaran virus corona juga dibebaskan dari kewajiban puasa, mengingat tekanan yang mereka alami selama bekerja.
“Mari kita mengabdikan diri untuk berdoa, membaca, dan belajar tentang agama kita yang indah. Mari kita tetap terbuka untuk berdialog dan saling membantu dengan orang-orang yang memiliki keyakinan agama dan filosofis lain, bahkan jika kita sayangnya tidak memiliki kesempatan untuk berbagi dengan mereka tentang makanan cepat saji kita tahun ini,” kata Eksekutif Muslim Belgia. []
SUMBER: THE NATIONAL