ANDA tentu mengenal Fudhail bin Iyadh bukan? Ya, dialah salah satu ulama besar Islam. Mendengar namanya saja, tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Sebab, ia adalah seorang ulama yang terkenal dengan keilmuan dan sikap zuhudnya.
Siapa sangka, bahwa ternyata dulunya ia adalah seorang perampok yang sangat ditakuti. Sungguh, sangat jauh berbeda dengan kondisi sosialnya saat ini. Meski ia telah lama pergi meninggalkan kita, tetapi kisahnya begitu menyentuh relung hati. Bagaimana bisa? Betapa tidak, sang perampok handal dan dikenal berbahaya ini, bertaubat dan menjadi ulama besar. Lantas, bagaimana bisa ia bertaubat?
Disebutkan dalam Siyar A’lam An-Nubala dari jalan Al-Fadhl bin Musa, beliau berkata, “Adalah Al-Fudhail bin ‘Iyadh dulunya seorang penyamun yang menghadang orang-orang di daerah antara Abu Warda dan Sirjis. Dan sebab taubat beliau adalah karena beliau pernah terpikat dengan seorang wanita.
BACA JUGA: Dialog Ulama dan Dokter
Maka tatkala beliau tengah memanjat tembok guna melaksanakan hasratnya terhadap wanita tersebut, tiba-tiba saja beliau mendengar seseorang membaca ayat, ‘Belumkah datang waktunya bagi orang–orang yang beriman untuk tunduk hati mereka guna mengingat Allah serta tunduk kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka). Dan janganlah mereka seperti orang–orang yang sebelumnya telah turun Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras, dan mayoritas mereka adalah orang-orang yang fasiq,’ (QS. Al-Hadid: 16).
Maka tatkala mendengarnya beliau langsung berkata, ‘Tentu saja wahai Rabbku. Sungguh telah tiba saatku (untuk bertaubat).’ Maka beliau pun kembali. Dan pada malam itu ketika beliau tengah berlindung di balik reruntuhan bangunan, tiba-tiba saja di sana ada sekelompok orang yang sedang lewat.
Sebagian mereka berkata, ‘Kita jalan terus.’ Dan sebagian yang lain berkata, ‘Kita jalan terus sampai pagi, karena biasanya Al-Fudhail menghadang kita di jalan ini.’ Maka beliau pun merenung dan berkata, ‘Aku menjalani kemaksiatan-kemaksiatan di malam hari dan sebagian dari kaum muslimin di situ ketakutan kepadaku, dan tidaklah Allah menggiringku kepada mereka ini melainkan agar aku berhenti (dari kemaksiatan ini). Ya Allah, sungguh aku telah bertaubat kepada-Mu dan aku jadikan taubatku itu dengan tinggal di Baitul Haram’.”
BACA JUGA: Kisah Sajjah dan Bani Tamim
Maka, dapat kita ketahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan selalu membuka pintu hidayah pada siapa pun yang dikehendaki-Nya. Sungguh beruntung orang-orang yang memperoleh hidayah itu dan segera menyadari datangnya hidayah. Termasuk yang dialami oleh Fudhail. Ia memperoleh hidayah dari hal yang tak pernah terpikirkan dalam benaknya, yakni mendengarkan ayat Allah.
Jika Fudhail saja bisa memperoleh hidayah, tentu kita pun bisa. Berbuat maksiat memang akan menimbulkan noda hitam di hati yang akan menutup hidayah dari Allah. Tapi, terkadang, masih ada celah yang bisa membuat kita menerima datangnya hidayah. Dan tugas kita ialah menjaga celah itu dan terus berusaha agar bisa membersihkan segala noda di hati dengan mengingat Allah. InsyaAllah, Allah akan bersihkan hati kita dari segala noda dosa. []
SUMBER: KISAH.WEB.ID