SAHABAT nabi Muhammad ﷺ yang juga merupakan salah satu khulafaur rasyidin, Umar bin Khattab, pernah mencium Hajar Aswad. Kala itu dia sedang tawaf.
Hajar Aswad ialah batu hitam suci yang diletakkan di salah satu sisi kabah. dikisahkan Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi dalam kitabnya Fadhilah Haji dan dikisahlkan pula oleh Imam Al Ghazali dalam kitab Asraf al-Haj, ketika Umar mencium Hajar Aswad, dia berkata, “Sungguh aku tahu bahwa engkau hanyalah batu, tidak mendatangkan bahaya dan tidak pula memberi manfaat. Kalau bukan karena aku melihat Rasulullah ﷺ menciummu, aku tidak akan menciummu.”
Kemudian, Umar bin Khattab menangis hingga terdengar keras suara isak tangisnya. Dia menoleh ke belakang dan melihat Ali berada di dekatnya. Dia kemudian berkata, “Wahai Abu al-Hasan (Ali), di sinilah tempat menumpahkan air mata dan tempat doa cepat dikabulkan.”
BACA JUGA: Asal-Usul Hajar Aswad
Ali kemudian menyahut, “Wahai Amirul Mukminin, Hajar Aswad bisa mendatangkan bahaya dan dapat memberi manfaat.”
Lalu Umar bin Khattab bertanya, “Bagaimana itu?”
Ali menjawab, “Sesungguhnya Allah ketika mengambil janji atas anak cucu Adam, Dia menulis satu suratan atas mereka kemudian meletakkannya di dalam Hajar Aswad. Hajar Aswad itu akan bersaksi bagi orang mukmin karena memenuhi janji dan bersaksi juga terhadap orang kafir karena pengingkaran dan pembangkangannya.”
Dikatakanlah, inilah maksud dari doa orang-orang ketika mengusap Hajar Aswad:
اللَّهُمَّ إِيمَاناً بِكَ ، وَتَصْدِيقًا بِكِتَابِكَ ، وَوَفَاءً بِعَهْدِكَ
“Ya Allah, aku beriman kepada-Mu, membenarkan suratan-Mu dan menyempurnakan janji-Mu.”
Menurut Maulana Zakariyya, alasan Umar bersikap begitu kepada Hajar Aswad, karena Umar sangat memikirkan aqidah umat Islam. Jangan sampai akidah mereka lemah.
Hajar Aswad bukan batu berhala. Bukan pula sesembahan. Umar begitu memikirkan agar akidah umat Islam tetap lurus. Tidak salah kaprah. Hal itu pula lah yang membuatnya mengambil keputusan untuk menebang pohon yang di bawahnya pernah dijadikan sebagai tempat Bai’atur Ridhwan. Padahal, Bait itu sangat penting sehingga Allah SWT memberikan jaminan berupa ampunan kepada para sahabat di dalam Alquran surah Al-Fath ayat 18:
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang Mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon.” (QS Al Fath: 18)
BACA JUGA: Nabi Hamparkan Selendang untuk Pindahkan Hajar Aswad
Menurut Syekh Maulana Zakaria, Umar memerintahkan untuk memotong pohon itu setelah mengetahui bahwa orang-orang datang ke tempat itu untuk mengambil berkah.
Terkait dengan Hajar Aswad, Umar berpikir, karena orang-orang baru saja keluar dari menyembah berhala, jangan sampai mereka menganggap batu ini sebagai benda yang mirip berhala dan mereka menyembahnya. Maka ia berkata untuk mengingatkan bahwa batu tersebut tidak perlu diagungkan, tetapi yang harus diagungkan adalah perintah Allah SWT.
“Jangan seperti orang musyrik yang menganggap bahwa batu Ini mengandung khasiat,” katanya.
Tentang Baitullah, Umar juga mengatakan, Baitullah ini adalah rumah yang dibuat dari beberapa buah batu, akan tetapi Allah SWT menentukannya sebagai kiblat untuk kita supaya kita mengerjakan shalat ke arahnya selama kita hidup dan setelah mati dibaringkan menghadap kearahnya. []